Puisi Natalie Wee ini saya posting dalam bentuk gambar saja ya, soalnya kok agak sulit mencoba menyamai tipografi aslinya kalau pakai pengaturan standar wordpress. Kalau berkenan lihat aslinya, silakan mampir langsung ke sini.

Puisi Natalie Wee ini saya posting dalam bentuk gambar saja ya, soalnya kok agak sulit mencoba menyamai tipografi aslinya kalau pakai pengaturan standar wordpress. Kalau berkenan lihat aslinya, silakan mampir langsung ke sini.
Aku melihatmu, sobat sepi,mengendap-endap di resepsiseperti perampok kubur, mengirisbagian paling empuk dan berisidi tubuhmu sendiribagaikan daging di pasar Minggu. Berhentilah menghukum diri karenatak pernah dijamah.Terkadang tanganhanya kepalan.Terkadang senyumhanya belati.Terkadang lelaki hanyagelap yang ngejawantah. Kau hidup dua dasawarsahanya ditopangtulang punggung.Seperti cahaya yang tak peduliapakah bayangan mengikutikau tak harus didambauntuk buktikan kau nyata. Puisi ini diterjemahkan dari […]
Satu-dua tahun yang lalu saya mulai kenal dengan konsep “ikigai,” yang kurang lebih merujuk kepada keadaan ketika bekerja terasa seperti pengalaman surgawi. Antara gaji, kemampuan, kebermanfaatan, dan sukacita bertemu. Namun, semakin ke sini semakin kita temukan bahwa itu adalah sebuah kondisi yang tidak semua orang bisa dapatkan. Bahkan, tidak jarang kita mendengar orang sambat tentang […]
Terjemahan puisi “Sting” karya Natalie Wee, salah satu penyair kontemporer yang sedang mendapat perhatian akhir-akhir ini. Selamat membaca.
Setelah menempuh sedikit perjalanan di jalan tol trans jawa, ada beberapa hal yang bisa dicatat. Berikut catatan pertama tentang lajur mendahului.
Postingan ini berbicara tentang bagaimana film Avatar Way of Water sepertinya mendengar kritikan yang disampaikan kepadanya.
Resensi ini membahas buku kumpulan esai yang terbit di kolom Impian Nopitasari di detik.com. Hidup di zaman konten adalah judul yang cocok mewadahi semua topiknya.
Hari-hari ini, acara manten sudah seperti fitur penting di kota Malang ini. Di aula-aula penting banyak diadakan resepsi pernikahan. Begitu juga di pinggir-pinggir jalan. Eh, nggak di pinggir jalan sih. Tapi, kenapa ya rasanya musim kawin tahun ini serasa berbeda? Ada jawaban yang bisa diajukan: bahwa ini pernikahan pasca COVID. Eh, terus apa bedanya dengan […]
Resensi ini berkutat pada buku terbitan tahun 2013 karya John Wood yang mengisahkan perjuangannya demi literasi.
Merdeka Belajar Kampus Merdeka menawarkan berbagai hal yang keren sekaligus membuat pendidik agak kuatir. Namun, dia juga memberi ruang untuk menjelajahi wilayah-wilayah yang dari dulu ada tapi hanya dipandang sepintas lalu.