Mengorek Cerita Horor

Setelah mencoba mengenali roman populer dan cerita detektif, saat kita mendekati satu lagi genre sastra populer yang tak kalah populernya. Inilah dia fiksi horor, fiksi yang memiliki sejarah panjang, banyak bentuknya, tapi nyaris selalu memiliki elemen yang sama. Dalam bahasa Inggris, cerita horor dikenal sebagai “horror story” atau “gothic fiction” atau “gothic literature.”

Sejarah Cerita Horor

Sejarah genre horor tidak bisa dilepaskan dari dunia arsitektur, tepatnya arsitektur Gothic. Istilah “gothic literature” yang saat ini mengacu kepada cerita menakutkan memiliki akar pada abad ke-17, ketika terjadi kebangkitan kembali arsitektur gothic di Eropa, khususnya Inggris. Bangunan-bangunan gothik yang menjulang, mencekam, dan gelap itu cenderung memberikan perasaan ngeri. Dan perasaan saat berada di bangunan semacam ini akhirnya berkembang menjadi kisah-kisah yang berlatar bangunan-bangunan semacam itu.

Dalam perkembangannya, cerita-cerita horor tentu saja tidak berhenti pada bangunan-bangunan berarsitektur gothik. Namun, tak urung, bangunan atau ruang adalah elemen yang sangat penting dalam cerita jenis ini. Elemen-elemen tersebut pada intinya adalah elemen yang membuat pembaca atau penonton merasakan ketakutan ketika berhadapan dengan fiksi gothik.

Reruntuhan bangunan tua adalah latar cerita horor yang populer

Elemen penghasil takut

Dalam presentasi yang saya berikan sebagai pengantar untuk memahami genre ini, ada beberapa elemen penghasil takut yang dibahas:

  1. Ruang yang hidup
    Meskipun tidak harus bangunan gothik yang tinggi, menjulang, mencekam, ruang dalam cerita-cerita horor tetap memiliki posisi vital. Ruang di sini bisa berupa bangunan rumah sakit, makam, rumah tua, hotel, atau sejenisnya. Bahkan, tempat tersebut kadang-kadang bukan bangunan sama sekali. cerita karya Stephen King “Children of the Corn” menggunakan kota kecil di tengah ladang jagung sebagai tempat yang vital, yang seolah-olah mirip karakter yang bisa memancing rasa takut.
  2. Paduan horor dan teror
    Yang kedua adalah hasil teorisasi dari Ann Radcliffe, yaitu paduan antara teror dan horor seperti dibahas di sini. Teror merujuk pada perasaan mencekam dan meresahkan yang biasanya hadir karena mengantisipasi sesuatu yang menakutkan. Sementara itu, horor adalah perasaan ngeri yang hadir karena melihat bentuk yang mengerikan atau menjijikkan. Menurut Radcliffe, horor dan teror ini perlu dipadukan untuk bisa menghasilkan rasa ngeri sekaligus ketakutan pada pembaca dan penonton.
  3. Masa lalu yang mengusik masa kini
    Hal ketiga yang tak kalah pentingnya dalam cerita-cerita horor adalah adanya kehadiran masa lalu di masa kini. Dan kehadiran ini juga tidak sekadar kehadiran, tetapi kehadiran yang mengusik dan bahkan mengganggu. Banyak konflik dalam cerita horor yang terjadi karena pernah terjadi sesuatu yang belum tuntas di masa lalu dan kemudian menuntut penyelesaiannya. Sebagai contoh, seorang anak disiksa dan kemudian mati di masa lalu. Di masa kini, si anak hadir dalam bentuk arwah penasaran. Yang menjadikan ini mengerikan adalah karena dia bisa mengganggu orang di masa kini.

Jadi demikian dulu pengantar singkat tentang cerita horor. Untuk lebih jelasnya, saya persilakan kawan-kawan menonton video presentasi ini:

Bila ada pertanyaan, jangan malu-malu untuk berkomentar ya.