Akhirnya, tanpa sengaja main air hockey betulan, bukan di iPad. Memang dunia sudah ganjil.
Menurut pengalaman, permainan atau film itu biasanya adalah tiruan dari sesuatu yang nyata di dunia ini, dan kita mengetahui ini. Sebagai misal, saat bermain game perang-perangan, kita sadar bahwa perang-perangan yang ada di dalam game yang kita mainkan itu adalah tiruan dari perang betulan yang ada di dunia. Gampangannya, dulu ada game sederhana bernama Tank. Meskipun gambar tank-nya sederhana, kita tahu pasti bahwa tank itu adalah tiruan dari tank yang sesungguhnya. Itu pengalaman bertemu game dulu.
Tapi kini, pertemuan dengan game terasa ganjil. Sejak kenal iPad beberapa tahun lalu, saya beberapa kali memainkan satu game yang namanya air hockey. Selama ini, saya pikir game tersebut hanyalah game iPad yang tidak jelas jluntrungannya, yang diciptakan sebagai hiburan buat kita semua, semacam versi digital dari permainan hoki es dengan tim besar. Pemahaman saya yang seperti itu hancur beberapa bulan yang lalu, ketika seorang dosen saya memposting foto meja air hockey yang baru dia beli untuk putera kesayangannya . Kal itu, saya benar-benar kaget. Sesuatu yang selama itu saya pikir hanya mainan digital yang tak jelas asal usulnya, sebuah simulakra, tiruan dari tiruan yang tak jelas asal-muasalnya, ternyata adalah tiruan dari sesuatu yang ada di dunia nyata.
Hal itu membuat saya tersadar: apakah postmoderisme, yang salah satu cirinya adalah simulakra ini, telah mencapai satu tahap yang lebih jauh lagi dari dahulu? Apakah kita sudah mencapai sebuah tahap di mana kita bisa menyalin kenyataan menjadi kenyataan yang lain hingga kita tidak sadar bahwa salinan itu sebenarnya adalah salinan, hingga salinan itu tanpa sadar sudah menjadi sebuah kenyataan tersendiri bagi kita? Jadi, tiruan itu (dalam hal ini game air hockey di iPad) tidak lagi menjadi tiruan platonis, bukan lagi tiruan yang mengacu ke sebuah entitas asli dan dengan demikian memiliki nilai lebih rendah; tiruan itu tak kalah arti dibandingkan dengan aslinya (dalam hal air hockey ini, tiruan tersebut malah lebih sempurna, karena dalam permainan air hockey di iPad lempeng bola akan tetap berada di lapangan bila tidak digolkan, padahal dalam permainan sesungguhnya lempeng bola bisa saja terlempar keluar, yang artinya bisa menyebabkan terjadinya sesuatu yang tidak diharapkan) .
Jadi, apakah air hockey ini merupakan salah satu contoh tingkat lanjut dari simulakra ataukah perwujudan kembali dari representasi platonis?