Lihatlah, kawan, seperti apa air itu. Dia bisa berbentuk apa saja menyerupai wadahnya. Dialah toples, dialah gelas, dialah bak mandi, dialah cekungan danau. Mungkin di antara kita mengira bahwa itu hanyalah wujud dari ketakberbendirian. Boleh saja kalian bilang begitu. Yang pasti, dengan itu dia jadi bisa mengisi apa saja. Dia bisa masuk dan menggantikan kekosongan yang ada di lembah, kekosongan dalam gelas, kekosongan dalam celah tanah, kekosongan dalam apa saja.
Lebih dari itu, lihatlah satu hal yang pasti dari dia. Di manapun dia berada, dalam bentuk seperti apapun dia, dalam lembah seperti apapun dia, dalam laut yang berrelung dan bergunung seperti apapun, dia tetap memiliki permukaan yang datar. Itulah standar yang dia pegang. Di manapun dia berada, dalam bentuk seperti apapun, dalam kekasaran dasaran yang seperti apapun, dia tetap bisa mempertahankan kerataan permukaannya. Di danau yang dasarnya kasar bergeronjal dengan bekas-bekas tulang purba, bangkai pepohonan liar, dia tetap bisa menjadi permukaan yang datar bagi kita berseluncur…