Seperti idealnya sebuah penelitian, kita tidak tahu ke mana aranya. Dari namanya sendiri sebenarnya sudah tersirat adanya ketidakjelasan. Kita melakukan penelitian atas hal yang tidak kita ketahui tapi menggelitik hasrat kita. Kalau dipotong jadi lima kata, syarat subyek penelitian kita adalah: menarik tapi tidak kita pahami. Karena memenuhi dua hal tersebut, subyek penelitian saya pun akhirnya membuat saya terombang-ambing… atau mungkin lebih tepatnya membuat saya “terbuai” (soalnya sejauh ini kata “terombang-ambing” kesannya negatif sekali, sementara yang sedang saya rasakan bisa dibilang lebih ke arah menyenangkan).
Demikian yang terjadi dalam hubungan goda-goda saya dengan Diana Abu-Jaber, khususnya dengan novelnya yang berjudul Origin, terbitan tahun 2007. Saya tertarik untuk membuka kap Origin tidak langsung setelah menyelesaikan baca novel tersebut, tapi setelah saya tahu novel-novel Diana Abu-Jaber sebelum dan sesudah Origin. Saya tertarik menjelajahi Origin karena novel ini merupakan novel transisi Diana Abu-Jaber. Dalam dua novel sebelumnya (yaitu Arabian Jazz [1993] dan Crescent [2003]), Diana Abu-Jaber mengeksplorasi kisah imigran Arab yang tinggal di Amerika dan bagaimana mereka membaca diri mereka sebagai orang yang lain sendiri di negeri manca. Di Origin, terjadi dua lompatan kuantum: Diana Abu-Jaber tidak lagi mempekerjakan karakter imigran Arab, dan—yang lebih menggelitik lagi—novel ini bisa dibilang bergenre detektif. Meski demikian, Origin tidak kehilangan spirit yang ada di novel-novel Abu-Jaber sebelumnya: tetap mengolah persoalan identitas. Di novel Birds of Paradise, yang diluncurkan beberapa tahun setelah Origin, Diana Abu-Jaber sudah tidak lagi menggunakan karakter imigran Arab. Jadi, intinya, Origin bisa menjadi satu novel penting yang menantai sebuah transisi Diana Abu-Jaber. Saya berhipotesa, perubahan semacam ini adalah sesuatu yang layak disoroti, dan pasti ada yang menarik di baliknya. Maka mulailah saya menilik lebih jauh novel Origin ini.
Awalnya, saya memandang positif perubahan karakter, yang mewakili perubahan obyek pandangan ini dan menghubungkannya dengan apa-apa yang telah dilakukan oleh beberapa penulis Amerika-Arab yang lebih senior. Beberapa tahun sebelumnya, Naomi Shihab Nye melakukan hal yang sama. Kalau dalam puisi-puisi awalnya Naomi Shihab berbincang tentang dirinya sebagai generasi kedua imigran dari Arab, pada satu titik dia berganti membicarakan tentang masyarakat marginal di Amerika pada umumnya. Seorang kritikus menyoroti hal ini sebagai upaya merangkul ke ranah yang lebih luas, yang artinya si penyair tidak membatasi “pergaulan kreatif”-nya hanya pada kalangan Amerika-Arab, tapi kalangan tersisih pada umumnya. Dengan kata lain, si penyair lebih mendekati hal-hal yang dilakukan oleh karya sastra adiluhung pada umumnya, mengajak membicarakan ihwal kemanusiaan. Tapi tentu saja akan terlalu simplistik kalau saya langsung puas dengan memadankan “kasus” Diana Abu-Jaber ini dengan manuver Naomi Shihab Nye. Apalagi yang dilakukan Diana Abu-Jaber adalah dua lapis (meninggalkan karakter Amerika-Arab DAN masuk ke ranah genre detektif, yang memiliki tradisi sangat kuat dan memiliki konvensi-konvensinya sendiri yang sangat kukuh). Maka, mau tak mau saya harus masuk ke ranah studi genre…
Sementara begitu dulu, saya akan lanjutkan kalau ada kesempatan melanjutkan… (bersambung)