Seperti lazimnya di banyak instansi atau institusi pendidikan di Indonesia, kampus University of Arkansas memiliki barisan sarana transportasi yang bisa disewa-sewa untuk kegiatan yang berhubungan dengan kampus. Jenisnya sangat beragam, mulai dari bis besar, bis mini, van besar, van kecil, sampai kendaraan yang biasa kita kenal sebagai kereta golf (atau sebutan resminya club car). Yang akan saya ceritakan kali ini adalah pengalaman saya dengan van besar yang saya pakai untuk kegiatan pelatihan guru internasional. Sebut saja ini pelajaran pertama seorang sopir.
Sudah dua musim panas ini saya kerja untuk lembaga kampus yang mengurusi pengajaran bahasa Inggris untuk mahasiswa internasional, pelatihan pra-akademis peraih beasiswa dan pelatihan guru-guru bahasa Inggris internasional. Salah satu dari tugas saya adalah menjadi sopir yang menyertai para peserta program dalam aktivitas mereka. Karena setiap program memiliki peserta sekitar 20-40 orang, maka transportasi yang paling memungkinkan adalah bis dan van. Yang saya maksud van di sini adalah kendaraan seukuran Isuzu Elf yang bentuknya persis van-nya The “A” Team. Kendaraan ini mengangkut antara 12 hingga 15 penumpang. Tahun lalu saya nyetir van berkapasitas 15 penumpang yang kami sewa dari perusahaan persewaan mobil karena van kampus habis disewa selama musim panas untuk urusan program-program musim panas. Di awal liburan musim panas ini, kami dapat kesempatan menyewa van dari kampus yang isinya cuma 12 orang.
Uniknya, ternyata kampus tidak begitu saja melepaskan van-nya kepada penyewa, meskipun saya sudah pernah mengendarai van yang lebih besar dari milik mereka (selama musim panas tahun lalu, termasuk tour dua hari ke Little Rock, ibukota negara bagian Arkansas). Kampus kami mengharuskan penyewa van untuk melihat sebuah video presentasi tujuh menit yang berisi penyuluhan keselamatan dan keamanan dalam mengendarai van. Akhirnya, supervisor saya mengirim saya mendatangi kantor Pengelolaan Sarana dan Prasarana, yang mengurusi kunci seluruh gedung (ingat postingan ini?) dan penyewaan kendaraan.
Saya pun mendatangi kantor tersebut. Di sana, saya disuruh mengikuti seorang karyawan memasuki sebuah ruangan kecil yang memiliki sofa dan sebuah televisi oldies (maksudnya bukan berlayar datar) yang semakin tampak oldies karena memiliki pemutar kaset VHS built in seperti ini. Bayangkan, siapa yang masih memakai kaset VHS di jaman ini? Tak lama kemudian, video pun siap. Ibu karyawan kantor menyuruh saya melihat video tersebut dan meminta saya lapor kepada dia begitu sudah selesai. Maka saya tontonlah video tersebut. Video ini lebih seperti slide power point dengan suara, karena seorang saya tidak ada gambar bergerak sama sekali. Yang ada hanya teks dan voice over seorang perempuan menjelaskan teks tersebut. Empat setengah menit pertama berisi penjelasan tentang perbedaan drastis ukuran van dengan sedan biasa, pertimbangan gravitasi yang berbeda karena tingginya van, akselerasi van yang tidak bisa spontan dan hal-hal teknis lainnya. Dua setengah menit selanjutnya berisi review dari apa-apa yang dipresentasikan selama empat setengah menit sebelumnya.
Setelah menonton video tersebut sambil cengengesan, saya matikan tivi dan segera melapor ke ibu karyawan. Dia meminta saya menandatangani dua formulir. Unit tempat saya bekerja menyewa dua van dari universitas. Karena tidak bisa dipastikan van mana yang akan saya sopiri, akhirnya si ibu meminta saya menandatangani kedua formulir untuk kedua van. Di situ sudah ada nama supervisor saya dan seorang teman kerja. “Hmm, berarti mereka juga harus nonton video ini ya?” batin saya. Mereka kan sudah bertahun-tahun bekerja, kenapa masih perlu nonton video?
Belum juga saya utarakan rasa penasaran saya tadi, si ibu bilang:
“Oke, Mas. Sampean sudah gugur kewajiban untuk tahun ini.” Oh, begitu tho?
“Berarti kalau saya mau nyetir lagi harus ke sini ya, Bu?”
“Iya, ibarat peribahasa, nonton video ini semacam surat izin mengemudi van, yang berlakunya cuman satu tahun.”
Demikianlah, saya pun pulang dengan membawa “ijazah” non fisik untuk mengendarai van, semacam “ijazah” mengajar ngaji dari seorang guru ngaji yang belajar dari guru yang belajar dari guru yang kalau dirunut bisa sampai ke para sahabat nabi. 🙂