Ternyata Apel Batu (literally, karena terbuat dari semen yg adalah batu bubuk) yang dua puluh tahun lalu hanya ada satu kini sudah menjadi tiga. Itu yang paling mencolok saat saya jalan pagi sekadar gerak badan ketika harus menginap di Kota Batu ini untuk sebuah pertemuan kampus.
Kota Batu juga sudah mengalami perubahan di berbagai aspek, mulai dari bagian dari Kabupaten Malang, menjadi Kota Administratif Batu, hingga sekarang menjadi Kota Batu. Pengembangan sektor pariwisatanya pun mungkin tidak pernah terbayangkan dua puluh tahun yang lalu.
Warung-warung makan di kawasan poros dari kawasan Pesanggrahan ke Alun-alun Kota Batu juga buka sejak pagi-pagi sekali. Jam 6 pagi mereka sudah stand by, mulai dari yang jual roti maryam sampai pecel dan gorengan.
Di tahun 2001, saya kebetulan tinggal dua bulan di kota ini untuk Kuliah Kerja Nyata. Ketika itu saya menyempatkan main ke rumahnya teman yang tidak terlalu jauh dari tempat kost saya.
Pagi ini, ketika jalan-jalan pagi, saya sempat tolah-toleh mencari gang masuk ke rumah kawan itu. Yang saya ingat dari kunjungan itu adalah bahwa di halaman belakang rumahnya ada pohon raksasa. Akarnya sampai menyembul di dapur kawan saya itu. Tapi kali ini sudah tidak ada lagi sisa memori tentang di mana rumahnya.
Hanya perempatan kelenteng ini saja yang masih segar di ingatan. Saya ingat waktu itu sempat menemani beberapa remaja penggemar Blink 182 yang mengamen di sini.
KKN saya waktu itu adalah menjadi volunteer di sebuah Rumah Singgah Anak Jalanan. Tapi tentu saja tidak semua yang ke Rumah Singgah itu anak jalanan. Banyak dari mereka yang merupakan anak-anak dari kampung sekitar yang datang ke Rumah Singgah untuk belajar dan bersosialisasi.
[…] Kota Wisata Batu […]