Kucing Liar Tempat Istirah

Kucing Liar Tempat Istirah
Kucing Penasaran

Hari Sabtu kemarin, dalam perjalanan balik dari Yellville, kami mampir sejenak di Rest Area dan Welcome Center yang menyambut para pengunjung Arkansas dari kawasan Missouri. Tempat Istirah ini cukup menarik karena dia tidak berada di tengah-tengah jalan lintas negara bagian sebagaimana umumnya. Lokasinya hanya beberapa mil di luar kota Harrison. Di lokasi ini, ada cukup banyak tempat parkir seperti pada Tempat Istirah pada umumnya, dan ada juga Balai Wisata yang digawangi tiga karyawan yang dibayar negara bagian.

Di pintu terdapat tulisan “Kami tetap buka,” yang maksudnya adalah “Berbeda dengan layanan taman nasional yang tutup karena ‘government shut down’ yang dialami Amerika Serikat, kami tetap buka karena yang mendanai kami adalah negara bagian.” Saya masuk karena saya butuh memanaskan nasi goreng yang kami bawa sebagai bekal makan siang.

“Permisi, Pak, di sini ada microwave yang bisa dipakai umum, ndak?” tanya saya.

“Buat apa, dik?” tanya si Bapak.

“Saya bawa nasi bekal buat makan, tapi masih dingin karena habis dikulkas,” jelas saya.

“Ada porsi lebih nggak?” tanya ibu pegawai.

“Maksudnya?” saya heran.

“Kalau ada lebihnya, boleh kami microwave-kan. Hahahaha!” jawab si ibu dengan tawa renyah. “Nggak kok bercanda saja.”

“Bawa saja nasinya kemari, biar kami microwave-kan di dalam kantor,” kata bapak pegawai. “Sebenarnya bukan untuk umum, sih, tapi nggak papa kok.”

“Wah, matur suwun sekali, Pak,” kata saya sambil undur diri mengambil nasi dari mobil.

Selama kami makan di tempat parkir, di dalam mobil, ada dua ekor kucing yang berkitar-kitar sambil penasaran melihat kami. Sehabis makan, saya sempatkan memotret mereka.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

2 comments

wawaney says:

Kalau tema itu digarap dengan telaten, bisa jadi cerita beraliran Pareanomisme (jadi ingat deskripsinya tentang makan pipi kambing yang enak dikunyah-kunyah).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *