Ibu/Bapak Guru dan Dosen yang saya kagumi,
Saudara-saudara pegawai negeri sipil maupun karyawan swasta yang saya sayangi,
Dan Ibu/Bapak anggota DPR penggemar studi banding yang kurang saya hormati,
Dalam kesempatan ini saya ingin melaporkan sebuah hasil studi banding dari Amerika sebelah sini. Kali ini, studi banding saya fokuskan pada kegiatan peremajaan jalan dan sejumlah hal menarik yang terkait dengannya, yang menurut saya menunjukkan semangat tanggung jawab dan pemahaman atas hak dan kewajiban berbagai pihak.
Seperti halnya pada tahun-tahun sebelumnya, musim panas adalah saatnya kota bersolek. Pemerintah kota Fayetteville melakukan pembenahan berbagai fasilitas kota, termasuk ruas jalan sepanjang sekitar 200-an meter di depan tempat tinggal saya. Karena lokasinya yang ada di depan mata saya itulah, saya pun bisa memantau (atau istilah ngetrendnya: mengawal) proses peremajaan jalan ini dan melaporkannya kepada Anda sekalian di sini. Tapi, sebelum terlalu jauh melangkah, perlu saya definisikan dulu “peremajaan jalan” ini. Peremajaan jalan ini adalah proyek perbaikan jalan yang mencakup 1) pelapisan aspal baru dan 2) pembuatan trotoar baru.
Menurut kabar yang beredar, proyek peremajaan jalan ini sedianya berlangsung selama 11 minggu, meskipun pada kenyataannya, proyek ini rampung dalam waktu 16 minggu, meleset 5 minggu dari jadwal. Tapi, karena hasilnya yang bisa dibilang bernilai 10 dari skala 1 sampai 10, orang-orang tidak terlihat keberatan dengan tambahan waktu proyek 5 minggu itu. Lagipula, saya tidak yakin semua orang tahu kalau proyek itu meleset 5 minggu. Saya sendiri baru tahu soal itu setelah proyek rampung.
Dari 16 minggu itu, sebenarnya waktu pengaspalan sendiri hanya berlangsung selama kurang dari seminggu. Yang paling terlihat memakan waktu adalah pemugaran gorong-gorong, saluran perkabelan, perpipaan dan akhirnya pembuatan trotoar. Selalu saja begitu: infrastruktur yang tak terlihat tapi vital, yang memungkinkan lancarnya saluran sanitasi dan pencegahan banjir, selalu diperhitungkan secara matang. Jadi, minggu lalu, seminggu sebelum pengaspalan, kita sudah bisa melihat trotoar yang indah tapi aspalnya masih terlihat tua.
Baru setelah infrastruktur bawah tanah itu selesai, aspal yang lama dikerik dan aspal yang baru “dioleskan.” pembaruan aspal hanya butuh waktu kurang dari 4 hari untuk seruas jalan sepanjang 3 blok atau sekitar 200 meter itu.
Setelah selesai dengan pelapisan aspal, pengecatan pemisah jalan pun dilakukan. Proses ini juga tidak membutuhkan waktu lama, hanya sehari saja. Ketika itu, orang-orang sudah berseluncur bahagia di atas aspal yang hitam mulus.
Tapi, seperti Anda lihat di bawah ini, ada bagian-bagian trotoar yang masih terlihat kosong dan hanya tertutup tanah prongkalan nan tak elok. Bagian itu nantinya akan ditutui petak-petak rumput yang kebetulan pada hari itu juga sudah mulai datang diangkut trailer di bawah ini:
Nah, yang membuat saya cukup kagum (dan pingin menulis postingan blog ini) adalah: rumput itu juga didatangkan untuk mengganti rumput di halaman milik pribadi yang ikut “dirusak” saat dilakukan pemugaran trotoar dan perbaikan saluran bawah tanah. Saya awalnya cukup heran dan terkagum-kagum: “Ternyata mereka mau juga ya mengganti kerugian seperti ini?” Tapi, seorang kawan, seorang pegawai perawatan di kompleks apartemen saya bilang: “Memang seharusnya begitu. Kan ini proyek yang dibiayai uang pajak (yang kita bayar) dan mereka juga merusak rumput di halaman kita. Jadi ya wajar saja kalau mereka harus ganti.”
Nah, setelah kota menjalankan tanggung jawabnya membayar ganti rumput itu, nasib rumput itu pun kembali ke si pemilik halaman. Di bulan Agustus ini, cuaca masih sangat panas–selama dua mingggu terakhir, suhu selalu di atas 30 derajat celsius. Maka, kalau dibiarkan sebentar saja tanpa disirami, petak-petak rumput ini pasti akan mati. Di sinilah tanggung jawab si pemilik halaman mulai harus dijalankan: harus rajin siram-siram rumput biar rumput bisa tumbuh lagi dengan indah.
Maka, demikianlah saudara-saudara penggemar studi banding yang saya hormati. Pemerintah kota bertanggung jawab meremajakan jalan setiap beberapa tahun sekali karena memang pengguna jalan adalah juga pembayar pajak yang patut dimuliakan. Mereka juga bertanggung jawab mengganti rugi segala ketidaknyamanan yang diakibatkan proyek ini. Dengan adanya kesadaran para pembayar pajak akan hak dan kewajibannya, maka proyek seperti ini pun bisa berjalan dengan baik, dan kehidupan pun jadi tentram. Semoga ini tidak hanya jadi dongeng buat kita semua.