Tambah para saja. Saut Situmorang ternyata ditetapkan sbg tersangka dlm kasus ganjil komen Facebook ini.
Kita tidak tahu seperti apa nanti perkembangan kasus ini. Yang kita tahu pasti urusan ini jd semakin jauh dari esensinya: protes Saut terhadap penerbitan buku kontroversial yang berpotensi merusak sejarah sastra Indonesia, krn memasukkan seorang konsultan politik kaya sebagai satu dari 33 tokoh paling berpengaruh dalam sastra Indonesia, bersanding dengan Rendra dan lain-lain.
Protes atas buku ini menjadi kasus ketika saat berbalas komen di Facebook Saut mengatakan “bajingan,” merujuk ke Fatin Hamama yang disebut-sebut sebagai perantara antara pendana penerbitan buku (disebut-sebut si konsultan politik kaya sebagai pendananya) dengan para penulis yg memberikan legitimasi besarnya pengaruh ke-33 tokoh sastra Indonesia itu. Ya, kasusnya baru berkembang setelah komen Facebook. Ya… Tentu pemolisian seorang penyair lebih menarik untuk diberikan, dijadikan tajuk berita, daripada peliknya persoalan kritik sastra dan konspirasi uang.
Kalau di film-film Hollywood, mestinya si pengacara nantinya bisa menggali ke ujung persoalan. Mungkin dia tidak akan buru-buru membahas urusan kurang gizi seperti pencemaran nama baik melalui komentar Facebook. Dia mungkin akan menggali apa benar Fatin Hamama tidak terlibat penerbitan buku itu (mungkin sambil menyumpah Fatin di atas Quran demi pantasnya, mungkin dengan menelusuri penerbit buku itu, mungkin dengan melihat segala faktur terkait produksi buku itu, mungkin meminta pihak kepolisian dan “cyber crime” membuka email, mungkin mendatangkan semua penulis dalam buku itu, dll). Kenapa? Karena buku itulah pangkal permasalahannya.
Dan, kalau film-film masih bisa jadi rujukan (seperti misalnya film tentang penerbitan buku penyair Allen Ginsberg yg diperankan James Franco tempo hari), akademisi pastinya akan didatangkan dan dimintai pendapatnya tentang buku 33 tokoh itu dan protes Saut Situmorang: apakah protesnya berdasar? apakah buku itu sendiri sedemikian pantasnya diprotes? Dan seterusnya.
Oh ya, jangan lupa peran akademisi. Tapi tdk akan sy bahas lagi, soalnya tempo hari sudah.
Dalam keadaan seperti ini, saya hanya berharap film-film Hollywood itu bisa direalisasikan…