Mentalitas Sampah

Yanto: Ini, Pak, mau ngurus surat keterangan kematian.
Pak Lurah: Buat almarhum abah, ya Mas?
Yanto: Nggih, Pak. Ibuk mau ngurus pengalihan pensiunnya Bapak.
Pak Lurah: Oh iya. Saya lihat dulu. Tapi sudah lengkap, sesuai petunjuknya Pak Marto, kan?
Yanto: Nggih, Pak. Sudah semua… Monggo dipirsani dulu.
Pak Lurah: Iya, sudah lengkap… Hmm…
Yanto: Berarti begitu saja ya, Pak? Kapan kira-kira bisa selesai?
Pak Lurah: Ndak lama, Mas. Dua hari lagi cobak sampean datang ke sini. Jangan lupa ya?
Yanto: Nggih, Pak, dua hari lagi saya ke sini.
Pak Lurah: Maksud saya jangan lupa, biasanya orang-orang ngasih Pak Marto sama Pak Abdul, pegawai yang ngurusi ini masing-masing Rp. 25 ribu.
Yanto: Oh?
Pak Lurah: Terus Pak Camat Rp. 100 ribu.
Yanto: Ooo…
Pak Lurah: Kalau saya seikhlasnya sampean saja.
Yanto: Oh, saya pikir ndak perlu biaya, Pak.
Pak Lurah: Lha ini kan juga buat memudahnya keluarnya uang pensiun juga.
Yanto: (Menoleh kepada pembaca budiman) Saudara-saudara, ternyata mentalitas sampah dan limbah sudah menjalar dengan sehat ke seluruh penjuru aparatur negara. Pantaskah kita melaporkan ini ke KPK? Atau bagaimana?

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *