Saat Vicky Prasetyo berbicara “statusisasi kemakmuran” di wawancara pertunangannya yang seumur lalat itu, orang2 menertawakannya. Orang menyebut dia sok intelek tanpa tahu maksud omongannya sendiri. Video wawancara itupun menjadi epidemi di facebook. Tapi kita tidak tahu bahwa di balik “statusisasi kemakmuran” itu ada sebuah kritik.
Statusisasi kemakmuran adalah proses atau tindakan menstatuskan (atau menjadikan postingan facebook) kemakmuran seseorang. Seperti apa bentuknya? Saah satunya adalah memotret makanan yang Anda beli di restoran ajib. Atau memotret diri (selfie) di dalam mobil sendiri dengan harapan (meski setitik) agar orang lain tahu kita punya mobil keren. Silakan cari sendiri contoh lainnya.
Tapi kan kalimat Vicky tidak seperti bermaksud kritik yg seperti ini? Begitu mungkin Anda tanya. Ya, jawab saya, bisa saja bukan itu yg dimaksud Vicky. Boleh saja. Tapi bukankah memang sejak awalnya dunia selebritis itu tidak ada gunanya buat kita? Bukankah sebaiknya kita melihat selebritis (kalau memang sudah tidak bs dihindari) untuk kita jadikan mainan? Nah, akan sangat berguna kalau mainan kita itu membawa hikmah buat kita. Karena itulah, seganjil apapun omongan selebritis, mari kita lepaskan dari konteksnya dan kita jadikan hikmah buat diri kita sendiri.