Esai yang sangat runtut dan berbobot! Jarang-jarang menemukan tulisan untuk portal online yang sesabar tapi setajam ini, sampai-sampai saya nyaris tergelincir merasa sudah mengenal garis besar pemikiran Berlin–biasa lah, perjalanan dari nol menuju satu itu selalu mencengangkan bagi saya.
Esai ini merupakan tanggapan Nuruddin atas tulisan Ahmad Sahal, di mana dia menyodorkan pluralisme sebagai obat untuk menjamurnya fundamentalisme. Ada pembahasan ringkas yang cukup menjelaskan atas 1) perbedaan fundamental antara konsepsi “subyek” dalam Pencerahan dan Postmodernis, 2) konsepsi kebebasan positif dan negatif, dan 3) bagaimana di balik jatuhnya pilihan Berlin terdapat juga peran aktif kebebasan positif, yang alih-alih menjadikan dirinya tipe Rubah yang pluralis, malah memperlihatkan sosok landaknya, yang “ketika sesuatu datang mengancam ia harus menegakkan duri-durinya.” Saya sempat kaget juga waktu menjelang akhir Nuruddin mengajukan kritik ke Sahal sekaligus mengajukan kritik atas pemikiran Berlin. Menurut Nuruddin, seperti saya towel sedikit di dua kalimat terdahulu, pengajuan pluralisme oleh Sahal adalah seperti upaya memaksakan agar orang berpikir bebas, atau dalam padanan fauna, pemaksaan oleh landak kepada landak lain agar menjadi rubah.
Akhirnya, saya menuntut Nuruddin menyampaikan tanggapan atas isu-isu yg mengemuka dewasa ini.