(Resensi) Hidup di Zaman Konten karya Impian Nopitasari

Judul: Hidup di Zaman Konten
Penulis: Impian Nopitasari
Penerbit: Tanda Baca
Cetakan: I/September 2022
Tebal: 276 hal.

Buku ini terasa intim dan woles. Isinya esai² aneka topik yang didekati dengan cara personal sambil juga ya… semi akademis. Maksudnya, topik² ini diurai dengan paduan antara referensi pustaka, anekdot orang² di dekat penulis, dan tentunya penalaran si penulis berdasarkan berbagai hal yg mempengaruhi penulis.

Penulisnya cenderung progresif dalam melihat berbagai fenomena kontemporer. Tapi, di banyak bagian, dia juga tradisional. Pandangannya dibentuk keyakinan agama, budaya, dan reinterprerasi nilai ² dasar dari keduanya untuk fenomena kekinian.

Pandangannya tentang optimisme hidup dan motivasi cenderung melawan arus. Di masa yang mengagungkan motivasi hidup dan positive thinking (entah itu atas nama semangat, vibe, maupun imun), dia termasuk yg percaya kita perlu mengafirmasi kegagalan, kekhawatiran, dan sambat.

Pandangannya tentang beragama dan bermazhab juga cenderung berbeda dengan mainstream yang cenderung berhati ² sampai menarik garis tegas.

Begitu juga tentang cerita anak: boleh kok sad ending di Cerita anak, karena gagal itu juga realitas.

Bagi yang berangkat dari sisi lain, mungkin akan terasa kesan gagah²an.

Tapi ya, argumen juga membutuhkan gaya kan?

Kebetulan saya baru kali ini membaca tulisan² Mbak Impian ini. Waktu tulisan² ini terbit di kolomnya di detik, entah kenapa saya belum sempat meluangkan cukup waktu buat membaca.

Omong² soal “kolom,” sebenarnya masak ya tepat menyebut buku ini sebagai “kolom²”? Bukankah “kolom” itu hanya tempatnya tulisan² ini? Bukankah tulisan² ini ya “esai” saja?

Silakan tanyakan itu ke penerbitnya. Sy sendiri tak habis thinking. Tapi, perlu apresiasi khusus buat penerbitnya yg bikin cover manis ini, seperti layar handphone tapi bolong (gambar yg terlihat dari lembar pertama buku). Plus ada juga nomor seri bukunya. Plus tanda tangan.

Verdict: joshful.

More From Author

Masjid Makbadul Muttaqin, Terang tapi Menyejukkan

Masjid di Mojosari ini dari luar tampak megah dengan kubah lancipnya yang berwarna hijau. Siapa…

Gelora Bung Karno (GBK), a Morning Oasis Amidst the Haze

If you're in Jakarta and have a two hours period of time to spend in…

Menengok Pantai Selatan di luar JLS

Tulisan ini tentang pantai selatan, tapi karena perihal perjalanannya asyik, saya tuliskan dulu perjalanannya. Baru…

1 comment

Impian Nopitasari says:

Wah baru nemu ulasan ini. Makasih banget ya kakak pengulas sudah apresiasi tulisan saya. Sehat-sehat selalu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *