(Resensi) Hidup di Zaman Konten karya Impian Nopitasari
Resensi ini membahas buku kumpulan esai yang terbit di kolom Impian Nopitasari di detik.com. Hidup di zaman konten adalah judul yang cocok mewadahi semua topiknya.
Resensi ini membahas buku kumpulan esai yang terbit di kolom Impian Nopitasari di detik.com. Hidup di zaman konten adalah judul yang cocok mewadahi semua topiknya.
Hari-hari ini, acara manten sudah seperti fitur penting di kota Malang ini. Di aula-aula penting banyak diadakan resepsi pernikahan. Begitu juga di pinggir-pinggir jalan. Eh, nggak di pinggir jalan sih.…
Resensi ini berkutat pada buku terbitan tahun 2013 karya John Wood yang mengisahkan perjuangannya demi literasi.
Merdeka Belajar Kampus Merdeka menawarkan berbagai hal yang keren sekaligus membuat pendidik agak kuatir. Namun, dia juga memberi ruang untuk menjelajahi wilayah-wilayah yang dari dulu ada tapi hanya dipandang sepintas…
Agak dilematis juga sebenarnya posting tentang buku ini. Judulnya saja sudah berpotensi bikin resisten, khususnya buat mereka yang sehari² hidupnya di perguruan tinggi. Tapi buat mereka yang percaya proses berpikir…
Setelah menyelesaikan satu kegiatan di Tangerang, ada kesempatan buat jogging. Maka pagi itu warna-warni Tangerang City pun terlihat.
Saya mendapat lungsuran turntable beserta sejumlah piringan hitam vinyl dari kawan kantor. Selanjutnya, pengalaman tak terduga.
Di kota Bogor, saya sempat berlari pagi di sekeliling Kebun Raya. Di situ saya jadi tahu kekhasannya yang baru: kota ramah pelari.
Novel ini paduan cerita horor dan kriminal yang asyik. Kita mendapat kenikmatan genre sambil dapat gambaran wilayah yang sedikit digarap.
Motif literasi banyak muncul dalam film superhero. Setidaknya ini tanda bahwa bahkan literasi muncul dalam konteks karya hiburan Hollywood.