Slank: “Ada Bangsat di Kursi”

(Suara Satiria) Jumat pagi (26/9) sekelompok pria berjas lengkap mendatangi Mabes Polri untuk memasukkan delik aduan perkara pencemaran nama baik. Mereka menuduh grup musik papan atas Slank telah mencemarkan kewibawaan Dewan Perkawilan Rakyat Republik Indonesia yang para anggotanya baru terpilih melalui pemilu legislatif pada bulan April tahun ini.

“Slank telah menuduh klien saya ‘Bangsat’,” demikian KH, kuasa hukum para anggota DPR yang datang pagi-pagi ketika kantor Mabes Polri baru buka tersebut. Menurut penjelasan KH, Slank menyebut klien-nya bangsat dalam sebuah lagu mereka.

Ditanya di mana letak kesalahan Slank, KH menyebutkan bahwa Slank menyebut klien-nya “bangsat” sejak lama. Setelah diminta memberikan detail mengenai pertanyaan Slank yang dia tuduh mencemarkan nama baik DPR itu, KH menyebutkan: “Sejak lama Slank menyebut klien kami ‘Bangsat’. Ada buktinya. Bisa kami tunjukkan.”

Saat wartawan meminta bukti pernyataan Slank tersebut, KH menunjukkan barang bukti berupa kaset dengan sampul bergambar seorang lelaki telanjang dada berkalung ‘Slank’ yang membentangkan tangannya dengan gaya pose khas Jim Morrison. Kaset berjudul PISS tersebut adalah album Slank dari tahun 1993.

“Di sini mereka menyanyikan ‘Ada bangsat di kursi’,” kata KH. Wartawan menanyakan lebih jauh bagaimana dia yakin bahwa yang dimaksud adalah para DPR sementara tidak ada kata DPR, “wakil rakyat” atau bahkan “dewan” dalam lagu itu.

Menanggapi desakan tersebut, pengacara senior itu menjawab: “Jelas-jelas mereka menggunakan kata ‘kursi.’ Siapa lagi coba yang dimaksud? Kita semua tahu para anggota DPR berjuang sekuat tenaga untuk mendapatkan kursi mereka, kursi DPR, kursi wakil rakyat.”

Seorang wartawan perempuan dari majalah musik menanyakan, “Bisa saja, kan, yang dimaksud di dalam lagu itu adalah kursi dalam arti yang sebenarnya?”

“Oke, kalau itu belum cukup, coba ini saya bacakan beberapa baris dari lagu ‘Begitu Saja’ ini,” kata KH yang kemudian membuka album kaset dan membacakan liriknya.

Dalam lirik lagu ‘Begitu’ yang intro kibord-nya jenial dan ceria seperti video game tersebut, Kaka menyanyi dengan santai ala reggae:

“Ada bangsat di kursi
menggigiti pantatku
kau tinggalkan diriku malam ini
begitu saja..”

“Kurang jelas apa coba kalau yang dimaksud ‘Bangsat’ di sini klien kami? Ada ‘kursi,’ ada ‘kau tinggalkan diriku,’ dan ada ‘malam ini.'” Para wartawan mulai tersenyum-senyum sendiri dan bapak-bapak setengah baya berjas lengkap yang datang bersama KH juga terlihat tersipu-sipu sambil pura-pura memainkan telpon pintar mereka.

“Jelas-jelas mereka di sini mengacu ke keputusan DPR tentang RUU Pilkada oleh DPR yang diputuskan tadi malam. Kan banyak orang di medsos bilang para wakil rakyat meninggalkan rakyat?” kata KH.

Seorang wartawan mendesak: “Tapi kan, Pak, lagu itu sudah ada sejak dulu?” Untuk menjawab itu, KH menukas: “Ya, kalau pokoknya Slank seolah-olah bilang klien kami ‘Bangsat.’ Bahkan, mereka sudah meramalkan tentang malam ini. Pokoknya kami mempidanakan Slank yang telah meramalkan klien kami sebagai ‘bangsat’.”

Seperti diberitakan sebelumnya, pengesahan RUU Pilkada oleh DPR pada Kamis malam/Jumat dini hari dipandang sebagian pengamat sebagai kemunduran demokrasi Indonesia. DPR dipandang telah meninggalkan rakyat yang mengusung mereka menuju kursi-kursi. Dari Amerika, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan kekecewaannya. Tapi, karena adanya kejanggalan antara pernyataan SBY dan kenyataan para wakil rakyat dari Partai Demokrat pimpinan SBY, dan karena tidak ada gunanya membahas itu, maka kita lupakan saja soal ini.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *