Masyarakat Muslim Indonesia dalam Wacana Memerangi Generalisasi Negatif Tentang Islam

Dalam pembicaraan tokoh Amerika yg mendalami atau setidaknya akrab dengan Islam lebih dari sekadar stereotipe, Indonesia seringkali dirujuk sebagai contoh masyarakat Islam yg damai, di mana “perempuan sama derajatnya dengan pria,” yang “minoritasnya hidup bahagia.”

Dalam perbincangan semacam yang ada di video dalam link ini, dalam pernyataan yang mendebar pandangan orang-orang semacam Bill Maher (yg liberal dalam konteks politik AS tapi sangat mendukung wacana “Islam sebagai sumber utama gagasan buruk”) Fareed Zakaria menggunakan Indonesia sebagai contoh utama (plus sedikit merujuk India, tempat lahirnya Fareed). Beberapa waktu yang lalu Indonesia juga dirujuk dalam wawancara viral Reza Aslan dalam sebuah acara berita–Reza Aslan sedikit banyak juga membuat pernyataan semacam Fareed Zakaria.

Tentu saja bangga setiap kali lihat video diskusi semacam ini. Pingin rasanya posting ke facebook sambil bilang: Ini lho, gan, dengar, di Indonesia sana Islam itu damai, pendeknya berbeda sama yang ditakutkan orang-orang konservatif atau Islamofob. Tapi tentu saja Fareed Zakaria dan Reza Aslan atau Amina Wadud (yg saya tahu juga sekali dua kali merujuk Islam di Indonesia) tidak setiap hari baca Kompas, Tribunnews, Pikiran Rakyat, Republika dll. Dan yang pasti tidak baca postingan facebook seorang kontak yang mengomentari tentang Jalaludin Rahmat. Kuatirnya, Reza Aslan yang kelahiran Iran itu tidak mengikuti perkembangan isu Syiah di Indonesia. Kenyataan lapangan memang selalu bisa mengingkari generalisasi.

Saya hanya membayang-bayangkan bagaimana jadinya kalau ternyata orang-orang seperti Bill Maher ini mengikuti berita sehari-hari dari masyarakat Muslim terbesar di dunia ini, yang juga punya masalahnya sendiri dengan Islam? Kenyataan lapangan memang selalu bisa mengingkari generalisasi. Mungkin hasil survey bisa menepis masalah2 terkait Islam/Muslim di Indonesia ini sebagai pengecualian, atau dalam idiom Inggris “satu apel busuk di keranjang” (pura-pura lupa “karena nila setitik”). Tapi ya, kalau kebetulan kita ambil dan gigit apel yg busuk itu, ya tetap saja yang terasa apel busuk.

[youtube https://www.youtube.com/watch?v=3y4tXROzQe4]

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *