Yesus, Hussain, dan Obi Wan Kenobi, sebuah Analogi

Saya punya dosen di Amerika Sebelah Sini yang sangat gemar Star Wars dan memiliki pengetahuan sangat luas tentang sejarah dan perkembangan agama. Alhasil, ada saat-saat tertentu ketika racikan dari dua elemen ini menjadi informasi yang sangat kuat menancap di pikiran. Salah satunya adalah bagaimana dia menjelaskan signifikansi penyaliban Yesus dan pembantaian Hussain bin Ali bin Abi Thalib dengan analogi transformasi Obi Wan Kenobi.

Bagaimana jelasnya?

Saya yakin sudah mulai jelas bagi Anda, tapi tak ada salahnya saya buat lebiih gamblang. Menurut orang yang paham tentang Yesus, Yesus tahu sejak awal bahwa salah satu orangnya akan berkhianat dan membocorkan informasi kepada prajurit Romawi yang selanjutnya akan menangkapnya dan menghukumnya. Episode di Hutan Getsemani menjadi bagian yang menjelaskan posisi Yesus di sini. Tapi Yesus tidak melarikan diri. Dia punya prinsip dan tahu yang dia ajarkan tidak salah. Maka, dia pun ditangkap dan disalib.

Demikian halnya dengan Hussain, dia tidak mau berkompromi dengan Yazid bin Muawiya, seorang korup yang mewarisi kerajaan Arab. Abang Hussain, Hassan, putra Ali bin Abi Thalib sudah merelakan haknya menjadi pimpinan, tapi tidak melakukan perlawanan. Sementara itu, Hussain sama sekali tidak mau berkompromi dengan Yazid yang dia anggap korup. Pada saat yang sama, ada kelompok dari Basra yang menjanjikan bantuan untuk melawan Yazid. Maka dia pun berangkat. Sebelum sampai Basra, di Karbala, dia dikepung oleh pasukan Yazid. Dalam pertempuran yang tidak seimbang itu dia dibantai.

Yang mirip, kedua tokoh ini memang meregang nyawa, tapi kematiannya berubah menjadi kekuatan bagi mereka. Yesus akhirnya menjadi Kristus, yang justru ajarannya semakin berkembang selepas penyalibannya. Ajaran Kristus yang awalnya dianggap subversif bagi pemerintahan Romawi beberapa abad kemudian menjadi agama resmi Romawi. Sama halnya dengan Hussain, mengkatnya Hussain memperkokoh keyakinan orang-orang yang awalnya “hanya” mendukung Ali menjadi sebuah aliran keagamaan tersendiri. Para pendukung Ali ini yakin Nabi Muhammad dalam suatu kesempatan–ketika beristirahat di sebuah oasis dalam perjalanan menuju Mekkah–menunjuk Ali sebagai penerusnya, sebagai mandataris, sebagai khalifah. Setelah tragedi Karbala ini, Hussain menjadi simbol yang kokoh atas tertindasnya para keturunan Ali bin Abi Thalib. Dus, kematian Hussain menjadi titik transformasi Hussain menjadi kekuatan yang lebih.

Transformasi dari kematian menuju kekuatan ini tampak sangat gamblang saat dosen saya itu menggunakan mangkatnya Obi Wan Kenobi sebagai analogi. Dalam pertemuan pertama Obi Wan Kenobi dan Darth Vader setelah dua puluhan tahun, mereka bertarung pedang cahaya. Saat ini Darth Vader sudah jauh lebih kuat, sudah all-out merangkul ideologi Kegelapan dan Obi Wan \sudah lama tidak bertarung dan menggunakan tenaga dalamnya. Obi Wan tahu dia akan tumbang oleh Darth Vader, tapi dia mengulur sedikit. Dia pastikan Luke Skywalker melihat sendiri bagaimana Darth Vader membabatnya. Dan ketika Luke sudah bisa melihat dengan gamblang, Obi Wan membiarkan Darth Vader membabatnya, tapi dia tidak lupa berpesan: “Kalau kau bunuh aku, aku akan menjadi lebih kuat dari yang bisa kau bayangkan.” Darth Vader membabatnya. Obi Wan pun sirna. Dia tidak bisa hidup lagi. Tapi dia menjadi “spirit,” menjadi roh, menjadi hologram, menjadi penyemangat, yang terus bisa membimbing Luke Skywalker. Dan kita tahu bagaimana akhir dari trilogi pertama Star Wars, Luke berhasil “mengalahkan” Darth Vader. Tidak mengalahkan dalam artian membunuhnya, tapi membunuh ideologi kegelapan yang selama ini memberinya kekuatan, dan menghadirkan kembali sisa-sisa Anakin Skywalker yang tersisa dalam diri Darth Vader. Kekuatan Obi Wan maujud dengan tumbuhnya Luke menjadi Jedi terakhir (setidaknya sebelum The Force Awakens).

Dengan analogi segamblang itu, bagaimana Anda bisa lupa signifikansi penyaliban Yesus dan pembantaian Hussain di Karbala? Ini dosen saya itu.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *