Categories
culture diaspora Indonesia Laporan Studi Banding minoritas di Amerika

(Laporan Studi Banding) Kembalinya Angklung di Arkansas

Saudara-saudara penikmat Laporan Studi Banding yang saya hormati, dalam kesempatan ini saya akan menghadirkan laporan dari Amerika Sebelah Sini, di negara bagian Arkansas.

Amerika Sebelah Sini, seperti saya pernah bilang sebelum-sebelumnya, adalah Amerika yang kecil dan asri. Dia bukan Amerika-nya Arnold Schwazenergger atau Ally McBeal. Amerika Sebelah Sini adalah sebuah kota kecil dengan penduduk kurang dari 80.000 jiwa, seperlimanya kota Malang di Jawa Timur. Pun demikian, Amerika Sebelah Sini adalah Amerika yang bukan Indonesia, dan Amerika Sebelah Sini beruntung karena memiliki universitas yang menampung ribuan mahasiswa asing yang mewarnainya dan diterimanya sebagai elemen yang mengajarinya perbedaan.

Kami, mahasiswa dan komunitas Indonesia di Amerika Sebelah Sini, cukup berbangga bisa ikut berpartisipasi menunjukkan dunia asing kepada orang-orang Amerika Sebelah Sini. Kali ini, saya ingin melaporkan prestasi kawan-kawan mahasiswa Indonesia di kampus University of Arkansas, Amerika Sebelah Sini, yang tahun ini berhasil meraih penghargaan sebagai negara favorit (bersama Rusia) versi International Culture Team. International Culture Team sendiri adalah unit di kampus yang memiliki motto “membawa dunia ke masyarakat,” yang diwujudkan dalam kegiatan-kegiatan yang membantu mahasiswa asing merasakan lebih jauh budaya Amerika Sebelah Sini dan membantu masyarakat Amerika Sebelah Sini memahami dunia dengan berbagai warnanya.

Bagaimana ceritanya mahasiswa Indonesia di Amerika Sebelah Sini mendapat penghargaan sebagai negara favorit ini?

Tahun ini, Perkumpulan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat (Permias) University of Arkansas bisa dibilang super aktif. Mereka aktif hadir dalam acara-acara presentasi budaya di sekolah-sekolah (sampai di sekolah pedesaan Arkansas sekitar beberapa jam jauhnya dari kampus), hadir dalam acara-acara pemeran kebudayaan baik yang diadakan di dalam kampus maupun di tempat-tempat luar kampus, dan tampil dalam pementasan-pementasan baik di dalam maupun di luar kampus.

Salah satu yang menjadi sorotan utama keikutsertaan Permias dalam acara-acara ini adalah permainan angklung. Angklung ini milik universitas sejak tahun 2010. Pada tahun itu, setelah mendapatkan penghargaan sebagai negara terbaik, Permias University of Arkansas mendapat dana dari International Cultural Team untuk mengadakan acara “Indonesian Immersion.” Immersion pada intinya adalah acara yang bertujuan untuk menghadirkan acara asli dari sebuah negara tapi dalam skala yang jauh lebih kecil. Dengan mengadakan acara betulan tapi lebih kecil, para hadirin (mahasiswa kampus secara umum) akan merasa “diceburkan” ke negara tersebut. Untuk Indonesian Immersion kali itu, tema yang diambil adalah “perayaan kemerdekaan.” Jadi, selama beberapa jam itu, Permias mengadakan berbagai acara yang merupakan tiruan dari perayaan kemerdekaan di Indonesia. Ada upacara bendera sampai lomba makan krupuk. Acara ini diikuti oleh cukup banyak peserta. Nah, untuk kelengkapan acara itu, International Culture Team membeli angklung betulan (dari California, lewat Amazon). Nah, karena universitas punya angklung betulan yang cukup bagus, akhirnya para anggota Permias setahun terakhir memaksimalkan angklung ini untuk berpartisipasi dalam acara-acara pertunjukan baik di dalam maupun luar kampus.

Pementasan angklung pertama Permias terjadi beberapa bulan yang lalu, ketika International Culture Team mengundang relawan untuk tampil di hadapan anak-anak pramuka yang sedang mengadakan perkumpulan di alun-alun kota Amerika Sebelah Sini. Mereka memainkan lagu anak-anak, dan tentu saja permainan satu alat musik yang perlu dimainkan beberapa orang untuk menyanyikan sebuah lagu pendek adalah sesuatu yang tidak biasa. Dan memukau. Setelah penampilan pertama itu, mereka pun ketagihan untuk manggung dan manggung. Hingga beberapa kali lagi dan beberapa lagu lagi. Setiap kali tampil, lagunya semakin fenomenal saja. Ehem. Beberapa waktu yang lalu, band angklung ini bahkan tampil menghibur pengunjung museum seni Crystal Bridges Museum of American Art, sebuah museum seni skala nasional yang memajang lukisan para maestro seperti Rothko dan Norman Rockwell–bahkan tahun kemarin memajang karya-karya Andy Warhol!

Beberapa minggu yang lalu, unit yang mengurus Mahasiswa Asing Penerima Beasiswa mengadakan acara jamuan malam pelepasan (bagi yang wisuda). Salah satu tamu kehormatan mereka adalah Bapak Ismunandar, Atase Pendidikan Indonesia yang berkantor di Washington D.C. Dalam kesempatan bincang-bincang antara pak Ismu dan mahasiswa Indonesia di Amerika Sebelah Sini, terlontar pertanyaan dari Pak Ismu tentang apa yang kira-kira bisa membantu kegiatan Permias, yang dijawab dengan keinginan anggota Permias untuk memiliki angklung sendiri. Tampaknya itu bukan hal yang sulit buat Pak Ismu dan Kedubes Indonesia secara umum. Segala hal yang bisa memperkenalkan Indonesia di mata dunia memang harus selalu didukung. Walhasil, beberapa hari setelah Pak Ismu bertukar pikiran dengan mahasiswa permias, presiden Permias mendapati paketan besar berisi angklung dari Pak Ismu.

Kita tidak tahu penampilan macam apa lagi yang akan dipersembahkan Permias dengan angklung milik sendiri ini. Hanya waktu yang bisa menjawabnya. Untuk kesempatan ini, saya biarkan Anda ikut melihat salah satu penampilan Permias. Kali ini tempatnya adalah sebuah SD lokal bernama Owl Creek Elementary School, yang saat itu mengadakan malam pertunjukan internasional, yang menghadirkan mahasiswa-mahasiswa asing dari University of Arkansas. Para partisipan mendapat satu meja untuk memamerkan hal-hal unik dari negaranya, mulai makanan, informasi, gambar, benda-benda, sampai virtual reality (pakai kotak kertas dari Amazon itu) untuk mengajak para siswa dan wali murid mengintip negara mereka masing-masing. Permias tidak hanya menampilkan benda-benda, tapi juga mempertunjukkan permainan angklung ini.

Selamat menikmati.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *