(Resensi) Srengenge Tengange, novel berbahasa Jawa

Novel berbahasa Jawa karya Narko “Sodrun” Budiman ini adalah bagian kedua dari trilogi (mungkin sebutannya “telonan” dalam bahasa Jawa). Di buku pertama, Anisa menyaksikan Pur suaminya yang terlibat narkoba masuk penjara, sementara dia membesarkan anaknya seorang diri. 

Novel berbahasa jawa dengan tema kontemporer, Srengenge Tengange

Di Srengenge Tengange ini, Pur keluar dari penjara, kembali tinggal bersama Anisa, tetapi itu tidak berarti persoalan selesai. Justru sebaliknya: Pur tidak punya profesi tetap, tetapi alih-alih menggantikan istrinya dengan pekerjaan domestik, dia malah suka nongkrong di tempat karaoke dengan gebetannya, membuat hidup Anisa dan Faza (anaknya) tambah t – e – w – u – r!

Pur sebrengsek itu: dia ogah membantu istrinya di rumah, dia tdk memperhatikan anaknya (anaknya minta diajak keliling naik mobil saja dia abaikan). Tapi, ketika ada mantan Anisa yang sedikit membantu saat Anisa membutuhkan bantuan, Pur malah mengamuk seolah tercoreng harga dirinya. Dan mengamuknya bergaya kenakalan remaja. 

Siapa sangka, novel berbahasa Jawa (yang di hadapan bahasa Indonesia selalu terkesan lebih udik dan tidak maju) yang satu ini justru seprogresif film Hollywood dalam urusan gender. 

Anisa yang bergulat dengan hidup yang sedang panas-panasnya ini tidak menyerah. Btw, “srengenge tengange” ternyata berarti matahari yang berada di puncak kepala, artinya momen ketika mata hari tepat di atas kepala kita, dan panase ngenthang-enthang. Kembali lagi: Anisa tidak menyerah, dan terus berjuang. 

Di sinilah terasa tema “female agency” (tidak seperti kisah disney, di mana biasanya sang putri perlu diselamatkan pangeran), sisterhood (perempuan yang bersolidaritas membantu rekan), dan alliance (tidak perlu sama untuk membantu). 

Akhirul resensi, saya perlu mengaku bahwa saya sendiri lumayan kerepotan saat baca bbrp bagian novel ini. Kosakata bahasa Jawa saya tidak cukup tebal untuk mengenali setiap kata yang ada di sini. Jadinya ya, harus ada semacam tebak-tebak dan menghubungkan dengan konteks. 

Dan lihat google translate. Shame on me!

#satuharisaturesensi

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *