Memadukan Fungsi, Beauty, Tradisi dan Eco-friendly… ness: Masjid Rest Area

Beberapa waktu lalu, di sebuah long weekend, saya dan keluarga sempat liburan ke Yogyakarta. Dalam perjalanan pulang, kami memutuskan untuk berhenti di setiap rest area yang ada. Untuk apa? Ya biar tahu isinya saja. Alhasil, dari perjalanan itu kami tahu berbagai potensi rest area, termasuk arsitektur masjidnya yang unik, yang selalu jadi kegemaran saya ketika melewati rest area.

Di sini, saya akan berikan sedikit gambaran tentang salah satu masjid yang saya temukan itu. Masjid ini unik dan bagi saya dia merupakan paduan yang simpel dari fungsi, beauty, tradisi, dan eco-friendly… ness.

Keempat hal ini melebur dalam penggunaan bentuk atap piramida khas masjid Jawa yg sudah dimodif. Atap piramida itu sekarang posisinya tinggi, yang memungkinkan masjid menjadi lebih “airy.”

Untuk urusan ornamen atau byuti, dia memakai girih geometris Persia yang mungkin sudah sangat jamak dipakai di masjid² Indonesia (dan sdh bersinonim dengan “ornamen Islami”). Bedanya, dia gabungkan itu dengan pintu masuk, sehingga menjadi jalan angin yang sangat lebar.

Untuk sebuah rest area jalan tol yg cenderung berada di tempat terbuka dengan angin berlimpah, penggunaan girih sebagai angin-angin (menggantikan angin² gaya sirip atau kaca nako) adalah pilihan yang pas. Dia merupakan penyejuk ramah lingkungan yg cantik. Tidak kelihatan ada ac di masjid ini (sy lupa pastinya).

Lihatlah piramida puncak masjid: di siang hari “sun roof” ini merupakan jaminan bahwa masjid tidak perlu mengeluarkan listrik untuk lampu. Di malam hari, pastinya dia bisa menjadi “moon roof” yg akan menambah kekhusyukan sholat bagi para musafir.

Bisa jadi inilah jalan cahaya yang disebut #AdaBand@adabandofficial dalam lagunya (langsung terngiang suara Nyak Ubiet nyaring “hiyyyaaaaa… laksana air di gurun pasir…🎶🎵🎶”).

Kalau dilihat dari luar, tampaklah bahwa setiap bentuk masjid ini seperti mengemban fungsi. Tidak ada sudut atau lekukan yang sia². Industrial to the max. Tapi untungnya dia tetap mengingatkan kita kepada atap piramida dan memberikan sedikit hiburan dengan ornamen girih itu, meskipun keduanya tetap menjalankan fungsinya masing².

Di saat kita mendapat gelombang sumuk ini, masjid ini tetap memastikan kita bisa singgah sejenak dan merasakan sejuk tanpa AC.

Di rest area mana dia? Ah, silakan temukan sendiri dlm perjalanan Anda… the #restarea is the destination… Eh.

More From Author

Masjid Makbadul Muttaqin, Terang tapi Menyejukkan

Masjid di Mojosari ini dari luar tampak megah dengan kubah lancipnya yang berwarna hijau. Siapa…

Gelora Bung Karno (GBK), a Morning Oasis Amidst the Haze

If you're in Jakarta and have a two hours period of time to spend in…

Menengok Pantai Selatan di luar JLS

Tulisan ini tentang pantai selatan, tapi karena perihal perjalanannya asyik, saya tuliskan dulu perjalanannya. Baru…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *