Kabar tentang akan kembalinya Mike Portnoy ke Dream Theater sudah resmi terdengar sejak akhir tahun kemarin. Di Indonesia, tentu saja berita itu terbayang-bayangi oleh berita-berita terkait pemilu. Namun, buat para penggemar prog rock/met tanah +62, kabar semacam itu langsung tersebar cepat. Namun, seiring terpilihnya presiden baru, perkembangan ini-itu, kabar tentang Mike Portnoy ini berangsur-angsur hilang. Hingga 24 jam yang lalu.
Apa yang terjadi 24 jam yang lalu? Yah, yang terjadi 24 jam yang lalu kurang lebih mirip yang terjadi 30 hari yang lalu pada tanggal 11 September 2024, yaitu ketika Linkin Park seekor macan musikal yang beberapa saat diam kembali meraung dan mencakar-cakar.
Untuk Linkin Park, mereka hadir kembali dengan logo yang saya tidak pernah sadari (mirip Audio-Technica) tapi tema lagu pertama (“The Emptiness Machine”) yang kurang lebih seirama dengan karya-karya awal mereka.
Bagaimana dengan Dream Theater? Bersama Portnoy, mereka hadir kembali dengan lagu yang gelap, segelap malam, mencekam, semencekam siksa kubur. Secara aura tentu lagu ini mengingatkan kita ke lagu “Pull Me Under” dari album Images and Words.
Namun, secara musikal tentu sudah beda dengan “Pull Me Under.” Musik mereka kali ini seperti… ah lebih baik kita biarkan para kritikus musik membahasnya.
Untuk kebutuhan kita di malam yang mencekam ini, mari kita baca liriknya dengan versi terjemahan pertama yang lugu ini:
Teror Malam
Laba-laba mencari naungan
Memudar Bersama fajar
Menghilang bersama terang
Saat cahaya pagi bersinar
Martir persembahan
Korban bergaun putih
Menuju pembantaian
Malaikat meratapinya malam ini
Kepada salib
Di tiang
Kepada singa
Di papan itu aku luluh
Aku luluh
Teror malam
Histeria
Pengadilan malam
Dalam kobaran
Mata membelalak
Tanpa pandangan
Benak terbuka
Tubuh istirah
Hanyut ke alam imaji
Sonya ruri
Mengarungi ombak
Mimpi inderawi
Sekonyong-konyong
Aku terjatuh ke sumur tanpa dasar
Tubuh merayap
Mengais mencakar
Demi tinggalkan neraka ini
Demi pedang
Di gigir roda
Terpilin angin
Menghunjam sepi
Dengan jeritan
Kenapa aku lupa semua!
Semua-muanya!
Teror malam
Histeria
Pengadilan malam
Dalam kobaran
Mata membelalak
Tanpa pandangan
Teror malam
Histeria
Pengadilan malam
Dalam kobaran
Mata membelalak
Tanpa pandangan
Teror malam
Histeria
Pengadilan malam
Dalam kobaran
Mata membelalak
Tanpa pandangan
Sambil membaca, ayo dengar musiknya di sini: