Perjalanan ke Barat Mengendarai Kitab Sastra

Perjalanan yang berkesan adalah perjalanan di mana kita tidak tahu apa yang akan kita temukan di dalamnya. Saya curiga saat ini saya sedang memulai perjalanan semacam itu.

Untuk memenuhi persyaratan mata kuliah sastra Amerika, semester ini saya ambil kelas yang berjudul Novels of the American West yang diajar novelis Donald Hays. Saya sendiri tidak ingat secara pasti pernah membaca novel-novel tentang American West (yang lazimnya merujuk kepada kawasan-kawasan Amerika Serikat yang dimulai dari Texas terus ke barat, mencakup New Mexico, Arizona, Nevada dan diakhiri di California, atau daerah-daerah yang lebih atas sedikit seperti Utah, Montana atau Colorado). Saya mendaftar kelas ini demi menyadari kemungkinan saya akan mempelajari wilayah sastra yang akan memperkaya pemahaman saya akan sastra Amerika.

Tentang isinya, bisa dibilang saya tahu nol putul

Hari ini, sehari sebelum kelas dimulai, saya coba kenali penulis yang ada di daftar bacaan wajib kelas ini. Saya temukan nama-nama yang, kecuali sebagian kecil, asing bagi saya: Larry McMurtry, Marilynn Robinson, Louise Erdrich, Wallace Stegner (semua orang kenal nama ini, setidaknya pernah dengar lah), Marisa Silver, Thomas Savage, dan beberapa lainnya. Saya langsung “Hmmm” (yang artinya adalah saya tidak tahu harus berkomentar apa, karena ketidaktahuan saya tersebut). 

Tapi saya berkhuznudhon kepada kampus saya, profesornya, dan para penulis yang dipilih pak profesor. 

Lalu saya riset para penulis tersebut … selama 15 menit (artinya, saya google dan wikipedia para penulis tersebut). Saya temukan bahwasanya masing-masing penulis tersebut setidaknya punya satu dua buku yang pernah memenangi PEN Award, National Book Award, Pulitzer Prize dll. Saya langsung “Hmm… ternyata tidak sia-sia baik sangka saya.” Sepertinya kuliah ini akan menjadi pembuka mata yang bagus untuk karya-karya sastra Amerika Barat. 

Saya siap memulai petualangan ke Barat mengendarai kitab-kitab sastra. Yeehaa yippi ya yoo!

Update: 

Setelah masuk kelas, saya lumayan kaget karena semua pesertanya adalah mahasiswa jalur creative writing. Sang profesor juga super nyantai. Profesor-profesor lain biasanya membagi silabus yang sangat mendetil, panjang, dan berliku pada hari pertama. Tapi yang diberikan profesor ini adalah selembar kertas dengan daftar bacaan wajib untuk semester ini. Para mahasiswa, yang rata-rata juga harus mengajar satu-dua kelas setiap semesternya, jadi nyengir-nyengir sendiri. Saya membatin “Kami ini yang muda-muda disuruh bikin silabus yang menghabiskan tinta dan makan hati, eeeee ini kok tinggal main bullet di Microsoft Word saja?”

Tapi, yang lebih mencengangkan buat mahasiswa lugu seperti saya adalah tugasnya. Di website disebutkan bahwa syarat-syarat penyelesaian kelas ini adalah menulis dua esai respon dan satu paper penelitian pada akhir semester. Sepertinya memang itu standar kelas-kelas level seminar. Pada kenyataannya, si profesor bilang, “Untuk mata kuliah ini, kalian boleh menulis esai penelitian, tapi saya harap kalian tidak melakukan itu!”

Mak jleg! Saya bertanya-tanya, apa kamsutnya ini? Saya akan lebih happy kalau kalian menulis parodi atau imitasi dari satu atau dua bab yang paling kalian suka dari buku-buku wajib yang akan kita baca selama semester ini. 

Mak! Mungkin, enam tahun lalu, ketika saya masih di Indonesia, nerjemah pagi-sore-siang-malam sampai pagi lagi, tugas semacam ini adalah impian sejati saya. Tapi, setelah menyadari betapa berlapisnya bahasa Inggris, dan betapa masih sangat harus belajarnya saya, menulis kreatif dalam bahasa Inggris bukanlah urusan gampang. 

Sepertinya, inilah saatnya menerima tantangan ganjil ini, saatnya merengkuh kelemahan menjadi kekuatan. Ajar terus! Saya akan bikin imitasi atau parodi sebisa saya. Peduli amat apa kata orang!

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *