Tetirah bersama Moonless, the Texas Ranger

Alhamdulillah, tibalah kembali kami di rumah tercinta setelah menempuh perjalanan sejauh kurang lebih 1543 mil atau 2468 km mengunjungi teman-teman dan tempat-tempat penting di Texas. Bertiga (anak, istri dan saya sendiri), kami menempuh perjalanan 5 hari ini dengan tunggangan kami yang bersahaja, sebuah sedan Honda Civic tahun 1998 yang akhirnya (setelah nyaris tiba di rumah) kami namakan “Moonless Ranger” itu.

Setelah menengok sendiri kota-kota BESAR di Texas (Dallas, Houston, San Antonio) plus satu kota pelajar penting College Station, hasrat ini rasanya sudah meluap ingin sekali bercerita. Banyak sekali hal-hal yang layak diceritakan, tentang padatnya lalu lintas di kota raksasa Houston dengan jalan-jalan layangnya yang berjalin kelindan, tentang luar biasa tergarapnya potensi pariwisata kota San Antonio yang menjadi saksi peperangan di Benteng Alamo pada tahun 1838, tentang lalu lintas Dallas yang super padat tapi dipenuhi para pengebut tingkat akut, tentang pom-pom bensin di kota-kota kecil di Texas dan Oklahoma, tentang tempat-tempat wisata kecil yang menarik di perbatasan Texas dan Oklahoma, tentang kota kecil yang merupakan kampung halaman penyanyi country nomor wahid Reba McEntire, dan sebagainya, dan seterusnya, dan sesukanya.

Oh ya, tidak akan mungkin saya lupakan salah mengambil belokan yang tidak memungkinkan berbalik arah, sehingga meskipun jarak yang saya tempuh tidak terlalu berbeda kami harus rela tiba di rumah lebih lama setengah jam karena harus melewati jalan2 pegunungan super ganas (yg sebenarnya di siang hari akan sangat elok), agak boros bensin, dan menjadi saksi bagaimana rusa-rusa itu kalau melihat lampu mobil mau lewat bukannya berhenti menunggu tapi tetap menyeberang jalan dengan santainya sehingga sering tertabrak kendaraan (untungnya saya tidak sampai menabrak sekeluarga kecil rusa yang bahagia itu).

Dan, yang lebih membuat perjalanan ini berarti bagi saya adalah karena saya menempuhnya bersama keluarga kecil saya menunggangi kendaraan saya sendiri (betapapun bersahajanya kendaraan yang baru sehari sebelum perjalanan kemarin saya ketahui ternyata mengalami kebocoran oli). Tidak ada yang namanya dorongan untuk segera tiba di sini atau di sana pada saat ini atau saat itu. Kami bebas memutuskan di mana ingin berhenti dan berapa lama. Sempat dalam perjalanan kami menelusuri Oklahoma tahun lalu, kali ini kami juga sempat mengunjungi tempat-tempat kecil yang mungkin tidak akan dapat kami kunjungi bila kami diburu waktu.

Sepertinya, inilah postingan saya yang paling melodramatis setelah beberapa waktu. Tapi tak apalah. Saya ikhlas jadi menye-menye sesekali saja, bila memang diperlukan. Dan ya, selama perjalanan ini, kami lebih banyak ngobrol di dalam mobil daripada mendengarkan musik. Dan sekali-kalinya mendengar musik, kami hanya memutar CD antologi The Popular Music of Indonesia 2 (yang diawali Rhoma Irama dengan lagu “Alquran & Koran”) sampai anak saya hapal lagunya Rhoma Irama itu (semoga tidak berdampak buruk, hahahaha).

Selanjutnya, tinggal kita tunggu foto-foto, video, dan catatan dari tetirah ini.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *