Kejujuran Akademik: Upaya Menghargai Orang Lain dan Belajar Menjadi Jujur

image

Tahun ini, karena kekurangan kegiatan, saya pun mendaftar menjadi panitia orientasi mahasiswa pasca sarjana baru. Saya sendiri pernah berpartisipasi sebagai peserta orientasi ini tentu saja, beberapa tahun yang lalu, ketika saya baru memulai program pasca sarjana. Saya masih ingat beberapa hal penting terkait kejujuran akademik, dan beberapa sumber daya kampus yang berhubungan dengan penelitian. Tapi, kali ini, sebagai panitia, ada satu hal yang baru saya sadari: ternyata kejujuran akademik dan penelitian menempati posisi yang amat vital dalam orientasi mahasiswa di kampus saya. Buktinya, lebih dari separuh dari informasi yang disertakan dalam paket orientasi mahasiswa pasca sarjana yang diberikan kepada peserta berhubungan dengan kejujuran akademik.

Sebelum blogging lebih jauh, biarkan saya definisikan secara sederhana apa itu kejujuran akademik atau academic honesty. Seperti kata “senonoh” yang hanya kita ketahui fungsi negatifnya, istilah academic dishonesty atau ketidakjujuran akademik lebih populer dari academic honesty atau kejujuran akademik. Kejujuran semacam ini mencakup, mulai dari yang paling sederhana, mencantumkan sumber yang menjadi rujukan kita dalam menyampaikan pemikiran (terutama yang tertulis), mendapatkan persetujuan dari subjek penelitian, hingga yang paling rumit seperti potensi dampak radioaktif dari penelitian yang kita lakukan. Intinya, ihwal kejujuran akademik mencakup segala tindak dan dampak dari penelitian yang kita lakukan.

Lembaga pendidikan tempat saya kuliah, sebagaimana halnya semua lembaga pendidikan lainnya, menekankan pentingnya memelihara kejujuran akademik. Di kampus saya, penekanan ini terwujud dalam berbagai hal, termasuk di antaranya orientasi mahasiswa pasca sarjana ini. Kita tahu, orientasi pasca sarjana adalah upaya memuluskan transisi seseorang dari perannya sebagai mahasiswa menjadi sarjana (scholar). Dalam masa pasca sarjana, kita dituntut untuk tidak hanya mempelajari sesuatu (seperti layaknya semua siswa), tapi juga mengkaji dan mengkritisi apa yang menjadi minat kita. Satu hal unik dalam proses mengkaji atau mengkritisi atau membuka mata akan pemikiran-pemikiran orang terhadap satu hal yang sedang kita hadapi, sehingga apapun pandangan kita nantinya merupakan respons (baik positif maupun negatif) terhadap subyek kita serta pandangan orang lain tentang subyek tersebut. Karena sifat unik dari pendidikan pasca-sarjana inilah, maka menjadi pentinglah penanaman kejujuran akademik sejak awal. Dan orientasi inilah momen yang paling tepat untuk melakukan itu.

IMG_20130821_164127

Dalam paket orientasi yang diberikan dalam folder merah tersebut, ada selebaran tentang integritas akademiks ecara khusus, pelatihan tentang penelitian yang bertanggung jawab, panduan tentang standar dan perilaku dalam penelitian, dan lain-lain. Dalam rangkaian sambutan yang disampaikan Dekan Fakultas Pasca Sarjana dan tokoh-tokoh lainnya pun ada satu ceramah khusus yang membahas tentang etika akademik.

Satu hal yang berulang kali ditekankan dalam ceramah etika akademik dan pesan khusus dari Dekan Fakultas Pasca Sarjana adalah bahwa dampak dari pelanggaran kejujuran akademik sangatlah besar. Setidaknya, ada empat tingkatan, antara lain 1) pemberian nilai kosong untuk tugas yang melibatkan tindak ketidakjujuran, 2) pemberian nilai XF (nilai terendah, lebih buruk dari F atau fail yang artinya tidak lulus) untuk mata kuliah yang bersangkutan, 3) skors atau penangguhan status kemahasiswaan, dan, yang paling parah 4) didepak dari universitas. Intinya, siapa saja yang tertangkap basah melakukan pelanggaran kode penelitian akan “dikutuk” mengulangi lagi segala penelitian yang dia lakukan sejak awal!

Meskipun sudah terkesan seperti salah satu hal paling penting dalam paket orientasi mahasiswa pasca sarjana, sebenarnya masih banyak lagi bukti dari penekanan kejujuran akademik ini dalam pendidikan tinggi di Amerika Serikat. Dalam setiap silabus yang dibagikan profesor atau instruktur, bisa dijamin kita akan menemukan satu bagian khusus yang isinya tentang kode etik akademik. Selain itu, dalam setiap mata kuliah Kepenulisan–yang wajib diambil mahasiswa sarjana pada tahun pertama–pasti ada bab khusus yang membahas etika akademik ini. Kalau masih kurang juga, biarkan saya perkenalkan lagi tentang Quality Writing Center, sebuah lembaga yang tugasnya adalah membantu mahasiswa terkait tulis menulis–yang dulu sekali pernah saya bahas di postingan ini. Lembaga ini secara rutin memberikan pelatihan bagi siapa saja terkait kejujuran akademik seperti ini.

Memang, kita pasti pernah mendengar tentang presiden Hongaria yang harus turun dari posisinya karena terbukti melakukan plagiarisme dalam disertasi yang dia tulisan bertahun-tahun sebelumnya. Atau, di lingkup Amerika, kita pernah mendengar tentang Rektor sebuah universitas di negara bagian Ohio yang lengser “di tengah-tengah tuduhan plagiarisme” yang menderanya. Seperti itulah dampak ketidakjujuran akademik. Maka, tidak mengherankan bila kampus kami memberikan penekanan yang amat sangat dalam hal etika akademik tersebut.

Yang saya ingin tanyakan kepada saudara-saudara semua, kawan-kawan mahasiswa, bapak ibu dosen dan rektor, dan bapak ibu pejabat pendidikan tinggi di Indonesia, apakah kita sudah selalu memandang penting kejujuran akademik semacam ini? Apakah kita sudah melakukan upaya-upaya yang merupakan wujud penghargaan kita atas karya intelektual? Sebagai salah satu santri di pondok pesantren al-fisbuqiyah, saya sudah kenyang mendengar orang mengeluhkan tentang betapa memprihatinkan dan menjijikkannya tindak ketidakkejujuran yang dilakukan baik oleh pejabat, tokoh masyarakat, pemuka agama maupun siapa saja. Saya tahu itu. Jadi, alangkah lebih baiknya kalau kita para mahasiswa yang kebetulan masih sekolah ini sejak sekarang memupuk tinggi kejujuran di dunia kita sendiri. Semoga, bila berhasil, kejujuran ini bisa merambat ke segi-segi kehidupan kita yang lain.

PANO_20130821_104403

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *