“Jadi Keluar Duit Memang, Tapi Bagus Juga Sih”: Tradisi Daftar Belanja Alat Kebutuhan Sekolah

image

Satu di antara sejumlah pengalaman Amerika tulen adalah belanja alat kebutuhan anak sekolah sesuatu daftar yang disediakan sekolah. Anda mungkin tidak pernah mengira bahwa belanja alat tulis saja membutuhkan daftar yg disediakan sekolah. Tapi begitulah kenyataannya: di Amerika ini, kalau nemang bisa diatur dan bisa membuat lebih mudah dan efektif, kenapa tidak? Kisah daftar belanjaan inilah yang akan menjadi bahan diskusi kita pada postingan ini.

Sekolah-sekolah di Arkansas, khususnya sekolah negeri, biasanya punya daftar barang2 kebutuhan yang harus disiapkan orang tua. Biasanya, dalam paket yg diterima siswa pada saat melakukan daftar ulang tahunan (biasanya gratis kok), terdapat selembar kertas yang berisi daftar barang2 kebutuhan sekolah yang sudah harus dimiliki siswa pada hari pertama masuk sekolah. Selanjutnya kita sebut lembaran daftar ini sebagai Daftar Kebutuhan Sekolah atau “Daftar” saja biar singkat (dalam bahasa Inggris disebut school supplies list).

Tahun ini, anak saya masuk kelas satu SD. Daftar Kebutuhan Sekolah yang semestinya kami peroleh dalam paket daftar ulang anak saya itu tidak ketahuan lagi belangnya. Entah ketlisut kemana. Tapi saya tidak takut, karena Daftar itu sebenarnya bisa ditemukan di mana-mana. Beberapa minggu sebelumnya, saya melihat Daftar semacam itu di sebuah rak di pintu masuk super swalayan Walmart. Karena hilangnya Daftar milik lagi, maka sebelum berangkat ke Walmart, saya sempatkan mengecek situs web sekolah anak saya dan saya temukan Daftar tersebut di sana dalam format .pdf. Jadi, saya langsung saya unduh dia dan berangkat ke Walmart dengan berbekal daftar tersebut, sekadar jaga-jaga siapa tahu Daftar yang biasanya disediakan Walmart sudah habis diambil para wali murid yang juga menyerbu ke sana.

Tradisi alat kebutuhan sekolah ini sudah mengakar sangat kuat di tempat kami, sampai-sampai Walmart menyediakan satu bagian khusus yang isinya adalah bahan-bahan kebutuhan tersebut. Barang-barang yang disediakan Walmart dalam bagian khusus tersebut sudah sesuai dengan daftar yang diberikan kepada siswa. Dan daftar untuk siswa itu seragam untuk seluruh kota Fayetteville. Kota Fayetteville memiliki 15 sekolah negeri mencakup SD, SMP, dan SMA yang tergabung dalam Sistem Sekolah Fayetteville. Selebaran daftar yang disirkulasikan itu sudah mencakup daftar mulai TK sampai kelas 3 SMA.

“Wah, sekolah di sini kayaknya bekerja sama dengan pabrik peralatan sekolah,” begitu seloroh istri saya yang takjub saat membaca daftar. Di situ tertera bahwa salah satu barang yang harus dimiliki anak saya adalah “8 biji spidol hitam ujung tipis (merek Expo).” Nah! Bisa dibilang, kalau dokter-dokter bekerja sama dengan pabrik obat dalam hal peresepan, sekolah di sini kerjasama dengan pabrik alat kebutuhan sekolah. Saya bertanya-tanya, kompensasi macam apa yang didapatkan sekolah dari mereka ya?

Untuk anak saya tahun ini, kami harus menyiapkan dua set pensil no. 2, krayon kecil isi 24, spidol warna isi 8, kotak pinsil, kotak peralatan, 6 biji lem padat, dan beberapa perangkat lainnya termasuk headphones untuk pelajaran interaktif yang menggunakan komputer. Setelah belanja, saya baru sadar bahwa ternyata saya keluar duit lumayan juga. Saya jadi agak menyesal kenapa tidak dua minggu yang lalu saya belanja alat kebutuhan sekolah ini, ketika Walmart menawarkan diskon khusus (yaitu belanja tanpa dikenai pajak yang di sini artinya cukup signifikan) untuk wali murid yang belanja alat kebutuhan sekolah.

Mengingat banyaknya barang yang harus dibeli, sebenarnya cukup dalam juga orang tua harus merogok kocek. Belum lagi kalau anaknya lebih dari satu. Makanya, tidak heran kalau dua hari yang lalu, ketika saya menjemput beberapa calon mahasiswa dari Brazil yang datang untuk mengikuti program satu setengah tahun, saya menemui seorang ibu yang sedang bersedih di depan konter maskapai American Eagle. Dia bersedih karena ketika tiba di bandara kami dari New York, kopernya tidak ikut datang, padahal koper itu berisi alat kebutuhan sekolah buat beberapa anaknya. Sepertinya sembari liburan di New York dia membeli alat-alat kebutuhan itu dari sana karena harganya jauh lebih murah. Semoga saat tulisan ini diterbitkan, si ibu yang logat bahasa Inggrisnya seperti bukan penutur asli bahasa Inggris itu sudah menemukan kembali tasnya.

Biasanya, alat-alat kebutuhan sekolah ini selanjutnya dikumpulkan di sekolah dan dimasukkan ke kotak masing-masing anak dan baru dikeluarkan kalau memang dibutuhkan. Keuntungannya, masing-masing anak akan punya alat kebutuhannya masing-masing. Selain itu, mereka juga tidak perlu repot-repot selalu membawa alat-alat tersebut di dalam tas mereka, karena hal itu membuka kemungkinan terjadinya alat tertinggal di sekolah atau di rumah.

Eh, setelah saya menceritakan daftar alat kebutuhan sekolah ini, saya jadi bertanya-tanya, “buat apa saya cerita tentang tradisi sekolah di pedalaman Amerika ini dalam bahasa Indonesia buat pembaca berbahasa Indonesia?” Sepertinya, tujuan saya adalah agar kita bisa memetik pelajaran, sekecil apapun, dari sini. Misalnya, mungkin saja kita tidak perlu meniru banyaknya jumlah alat yang harus disiapkan, detilnya merek alat-alat tulis itu, atau tetek bengek lain-lainnya. Tapi setidaknya, kita bisa meniru efektivitas pengaturan penyediaan alat-alat kebutuhan ini, sehingga anak-anak kita bisa belajar dengan memadai dan mudah. Tidak perlu lagi ada acara anak yg mojok sendiri karena dia lupa bawa pensil atau karena spidolnya jatuh entah ke mana. Terus lagi, kalau memang ada tradisi mempersiapkan alat-alat tulis seperti ini, mungkin penyaluran bantuan jaring pengaman sosial pendidikan untuk anak-anak yang kurang mampu jadi lebih kongkrit. Dan efektif. Setiap anak bisa merasakan sendiri, secara langsung, manfaat dari bantuan yang disediakan pemerintah, yang pada dasarnya bertujuan agar, seperti kata si Doel, “semua anak Indonesia [bisa] sekolah.”

Lebih dari itu, yang ini separuh-separuh mimpi, mungkin tradisi seperti ini akan lebih memudahkan kalau ada perusahan yang sebagai salah satu kegiatan corporate responsibility mereka ingin memberikan bantuan pendidikan.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *