Kampanye Anti-Pemerkosaan Terselubung

Beberapa waktu yang lalu, saat masih jadi aktivis instagram, saya beberapa kali memposting gambar gambar meme tentang anti-kekerasan seksual atau anti pemerkosaan. Gambar-gambar meme itu saya dapat dari print out meme di meja-meja di sekitar kampus. Ada sebuah unit di kampus (bagian dari Pusat Kesehatan Kampus) yang melakukan kampanye yang tujuannya adalah untuk membuat orang awas bahwa di sekitar kita banyak terjadi tindak pemerkosaan yang seolah-olah bukan pemerkosaan.

Inilah salah satu dari meme itu:

Menurut meme ini, siapa saja yang mencekoki perempuan dengan miras (seperti vodka yang disimpan di sebuah kamar kost di kawasan Depok) dengan tujuan agar dia akhirnya mau diajak tidur, maka dia layak disebut pemerkosa.
Menurut meme ini, barang siapa yang berhubungan seks dengan perempuan yang sedang tidak sadarkan diri (karena mabuk, misalnya) layak disebut pemerkosa. Terlebih lagi kalau dia (si laki-laki) yang mencekoki si perempuan dengan miras (seperti disinyalir terjadi di sebuah rumah kost di kawasan Depok, ketika seorang lelaki memaksa seorang gadis minum vodka yang sudah dioplos dengan “kebudayaan”).

Nah, masih berkaitan dengan kampanye kewaspadaan kekerasan seksual itu, minggu lalu ada kampanye serupa yang kali ini dalam format seni instalasi yang bertema “barang bukti” dari tindak pemerkosaan itu, yaitu baju yang dikenakan oleh korban pemerkosaan saat terjadi pemerkosaan tersebut. Baju-baju ini diilhami baju yang dipakai para penyintas tindak perkosaan (btw, “penyintas” adalah “korban selamat” atau “survivor” :D).

Hingga saat ini, kita masih saja mendengar orang yang menunjuk korban sebagai pihak yang turut menyebabkan pemerkosaan. Orang-orang seperti ini biasanya menyalahkan baju yang seronok atau sikap genit perempuan sebagai tindakan yang memancing “setan di otak [laki-laki]” (meminjam istilahnya Krisyanto Jamrud). Pameran kampanye anti pemerkosaan minggu lalu menurut saya tanpa sadar mematahkan tuduhan tak punya hati (bahwa perempuan sendiri ikut menyumbang penyebab perkosaan) itu. Yang namanya laki-laki bejat, apapun baju yang dipakai seseorang bisa saja memancing hasrat memperkosanya untuk bangkit. Silakan lihat foto berikut:

Pamflet Utama
Pamflet Utama

Oh ya, organisasi ini mendefinisikan pemerkosaan sebagai hubungan seksual yang tidak diawali dengan keinginan kedua belah pihak. Hubungan pemerkosaan ini mencakup mencekoki korban dengan miras, merayu dengan memaksa-maksa dan merangsang tanpa dikehendaki.

Kalau sudah begini, saya jadi ingat pesan Bang Napi yang sudah dimodifikasi: Perkosaan bukan terjadi hanya karena NIAT pelakunya, tapi juga KEBEJATAN si pelaku!

Berikut ini lebih banyak lagi foto:

Pengakuan lagi
Rok hitam dan sweater merah. Semuanya milih teman kostku; aku meminjamnya buat nge-date. Aku excited, soalnya aku suka banget cowok itu. Aku pikir dia baik. Tapi waktu aku bilang jangan buru-buru dan menangis/teriak, dia tidak mau berhenti.
Baju yang dimaksud
Baju yang dimaksud
Salah satu pengakuan penyintas.
“Pakai celana hangat, dan baju Arkansas dan topi bisbol. Kami rencananya mau nongkrong seperti biasa, minum-minum dan nonton film. Aku minum terlalu banyak dan waktu tersadar dia sudah menindihku.”

Yang di tengah itu baju yang dimaksud:

Baju-baju penyintas tindak pemerkosaan.
Baju-baju penyintas tindak pemerkosaan.

Kalau tertarik lebih tahu tentang unit ini, silakan klik di sini.

P.S. Saya kemarin duduk-duduk di sebuah pantry, eh ternyata di dinding masih ada gambar dari salah satu meme yang disebar di seluruh kampus. Ini dia:

Oh, jadi Anda capek dengar saya ngoceh soal "budaya pemerkosaan"? Oke, kalau bgt tolong yakinkan saya bahwa kekerasan seksual itu sudah tidak ada lagi...
Oh, jadi Anda capek dengar saya ngoceh soal “budaya pemerkosaan”? Oke, kalau bgt tolong yakinkan saya bahwa kekerasan seksual itu sudah tidak ada lagi…

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *