Tidakkah Langit

Kawan, tidakkah langit
di atas kita bagai taman,
bintangnya lili menguncup,
dan bulannya cawan angkasa?

Sekuncup puisi di atas adalah salah satu karya penyair Andalusia yang nama resminya dalam bahasa Ibrani adalah Sholomoh Ibn Gabirol dan dalam lingkaran berbahasa Arab dikenal sebagai Sulaiman ibn Jabirul. Hidup antara tahun 1021 hingga 1085, Ibn Gabirol hidup pada masa peralihan antara masa penuh gejolak di Andalusia (dlm bahasa Arab dikenal dg istilah fitna) ketika runtuhnya Kekhalifahan Umayyah versi Andalusia dan mulai berdirinya kerajaan-kerajaan kepartaian (dikenal dg istilah kerajaan-kerajaan taifa, yaitu kerajaan-kerjaaan kecil yang berasal dari partai-partai yg terpecah setelah berakhirnya pemerintahan Umayyah).

Dalam perbincangan puisi, Ibn Gabirol termasuk dalam angkatan Masa Keemasan puisi Ibrani di Andalusia, bersama seorang kampiun lainnya Samuel Hanagid, seorang penyair, ilmuan dan filsuf Yahudi yang sempat menjadi Perdana Menteri di kerajaan Muslim Granada. Perkembangan bahasa dan sastra Ibrani di Andalusia pada masa ini terjadi sangat pesat, tak lepas dari pengaruh bahasa dan sastra Arab. Puisi-puisi Ibrani yang muncul banyak terilhami qasida-qasida Arab, yang sudah ada sejak masa pra-Islam dan tetap populer dengan struktur-nya yang cukup ketat bahkan setelah 300 tahun menyebarnya Islam. Puisi-puisi Ibn Gabirol cukup beragam, mulai dari yang sangat personal dan liris, qasidah atau ode, relijius, hingga yang mengeksplorasi imaji alam dengan penuh perayaan seperti puisi di atas.

Sementara, saya tidak punya apa-apa lagi lebih jauh. Semoga pada kesempatan lain saya bisa menerjemahkan satu dua lagi puisi Ibn Gabirol yang saya ambil dari buku Selected Poems of Ibn Gabirol yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani oleh Peter Cole.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *