Marilah kita lanjutkan upaya kampanye sistem operasi berbasis GNU/Linux. Saya sadar sekali tidak ada yang meminta saya untuk membuat postingan yang memamerkan tampilan layar komputer saya. Tapi, yang namanya orang kampanye, sebisa-bisanya dia cari alasan untuk menunjukkan keunggulannya.
Kali ini, saya ingin menunjukkan komputer yang saya pakai. Tapi, alih-alih memamerkan bentuk dan mereknya, saya ingin memamerkan isinya. Mungkin, bagi banyak orang, tidak ada yang istimewa dengan tampilan komputer. Komputer saudara A dan saudara B mungkin saja beda sekali. Satu Dell, satu Acer. Tapi, kalau urusan tampilan, bisa jadi sama-sama pakai Windows 7 atau Windows 8 atau Windows 10. Bisa-bisa wallpaper-nya malah sama. 🙂
Tapi, bagi saya, tampilan komputer saya bisa sangat berbeda sesuai selera dan kebutuhan dan ketersediaan spec komputer. Sekali lagi, biar gampang di-google, saya sebutkan, saya memakai sistem operasi berbasis GNU/Linux. Lebih tepatnya, saya memakai Ubuntu. Tapi, saya tidak memakai desktop environment Unity bawaan dari Ubuntu. Saya memakai OpenBox yang tentunya harus saya modifikasi sendiri tampilan dan perilakunya.
Jadi seperti inilah tampilannya:
Untuk mengatur aplikasi, saya pakai XFCE4 Panel dengan menu Whiskermenu yang seperti ini:
Kalau blogging, biar marem dan santai saya pakai klien bernama QTM, seperti ini:
Lho? Bukannya itu postingan ini?
Kalau mau mematikan komputer tinggal klik kanan dan… lanjutkan:
Ini kira-kira sedikit dari banyak kebebasan yang ditawarkan GNU/Linux dengan desktop environment OpenBox.
Terima kasih sedalam-dalamnya buat para pengembang GNU dan kernel Linux, Ubuntu, dan OpenBox. Tak lupa, terima kasih juga kepada Will Eisner buat komik2nya yang selalu menumbuhkan empati.