Membuat Api Unggun (1)

Misdi mencoba membuat api unggun, persis seperti diajarkan Broken Arrow. Dia kumpulkan segala benda hutan yang menurutnya paling mudah terbakar. Ada daun-daun oak kering. Ada serabut semacam lumut yang mengering. Memang sudah waktunya hari-hari ini semuanya mengering. Ada juga bagian-bagian lembut akar dari pohon yang telah tumbang. Juga mengering. Misdi tidak bisa membayangkan apa jadinya kalau dia di hutan sini di tengah-tengah musim panas, ketika sering hujan dan hutan jadi basah. Di mana dia akan temukan bahan-bahan kering yang mudah terbakar. Dikumpulkannya semua barang yang mudah terbakar itu tepat di bagian yang sudah dibersihkannya dari daun-daun. Termasuk juga surat yang baru saja dia baca. Tampak gundukan kecil dengan selembar kertas putih di atasnya.

Tidak setiap hari Misdi sendirian di tengah hutan begini. Tapi tidak sekali ini dia ingat ajaran Broken Arrow. Tidak sedikit yang diajarkan Broken Arrow, dan sepertinya selalu ada bahan ajar untuk tiap kesempatan. Untuk seorang lelaki yang berusia awal tiga puluhan, Broken Arrow terlihat lebih tua, atau lebih tepatnya lebih bijak. Dan dia memang meniatkan segala tingkah lakunya untuk itu. Untuk terlihat bijaksana. Seperti kepala suku.

Misdi lalu cari ranting-ranting kering dari sekitarnya. Dia tambahkan juga di situ kulit kayu yang mengelupas dari pohon yang telah tumbang di sana. Ada seekor ranting berjalan di atas kayu itu. Tentu dia tidak mau membakar ranting berjalan itu. Ketika pertama kali melihat serangga itu beberapa tahun sebelumnya, dia takjub bukan main, terheran-heran melihat binatang yang bentuk dan warnanya benar-benar tidak bisa dibedakan dari ranting betulan. Dia sempat terpikir makhluk itu seperti berasal dari <em>The Lords of the Ring</em>, semacam versi mini dari monster pepohonan. Ditatanya ranting-ranting itu tepat di atas gundukan yang tadi dia buat. Sekarang bentuknya jadi agak menyerupai api unggun.

Broken Arrow mengajarinya cara membuat api unggun ketika mereka pertama kali kemping ke Richland Creek Wilderness Area. Ketika itu Broken Arrow ingin merayakan ulang tahunnya dengan masuk ke kawasan hutan lindung itu. Dia suka merenung sendiri di dekat air terjun kembar pada malam hari ulang tahunnya. Dia merasa seperti itulah hendaknya yang dilakukan oleh seorang pribumi yang menghargai alam pada hari ulang tahunnya. Broken Arrow sendiri bukan pribumi totok. Orang melihatnya seperti orang kulit putih atau keturunan Eropa pada umumnya, tapi dia punya darah pribumi Cherokee. Salah satu nenek buyutnya adalah seorang perempuan Cherokee. Kini, setelah beberapa generasi, Broken Arrow memilih menghidupkan kembali darah pribuminya. Sebenarnya lebih mudah menyebutnya “Indian,” tapi dia sendiri lebih memilih menyebut dirinya “pribumi.” Tentu aku menghormatinya di sini.

Di malam ulang tahunnya itu, dia ajari aku cara membuat api unggun, sambil bercerita dengan gaya yang dia buat sehingga terdengar lebih tua dari umurnya. Dia ceritakan juga tentang laki-laki Cherokee di Tahlequah, seorang Cherokee murni tanpa campuran sedikit pun darah Eropa, yang hingga kini memilih mengabdikan hidupnya untuk mempelajari keahlian-keahlian lama Cherokee, membuat tali busur dari usus beruang, membuat panah dari galih kayu, membuat mata panah dari serpihan batu, dan sebagainya. Ada kesan Broken Arrow ingin jadi seperti dia. Dia tidak pernah secara khusus bercerita tentang ayahnya sendiri, kecuali dia tanpa sadar menyelipkan satu dua episode dari masa kecilnya ketika di tengah-tengah perbincangan.

Setelah menimbang sebentar, akhirnya Misdi mengeluarkan parang dari tas ranselnya dan membacok cabang-cabang yang agak besar dari pohon tumbang yang sedari tadi dia amati. Semestinya dia hanya boleh membiarkan pohon tumbang itu. Biar alam yang mengurusnya sendiri. Tapi sedari tadi dia berkeliling tidak ada satu pun cabang pohon yang bisa dijadikan bagian paling untuk api unggunnya. Tapi bagian itu, Api unggunnya tidak akan bertahan lama. Dia ingin, setidaknya, sampai sekitar jam tidur nanti, api unggunnya masih menyala. Sebentar lagi, saat matahari sudah benar-benar tenggelam di balik bukit, hawa akan mulai dingin lagi. Memang suhunya hanya satu digit celsius–tidak sampai beku. Tapi tetap saja itu dingin.

(bersambung)

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *