Membuat Api Unggun (4)

Ketika mengancingkan restleting kantung tidurnya, Misdi masih tak juga lepas dari suara gemerisik yang terdengar beberapa saat yang lalu dari arah tempatnya menggantung makanan. Sekarang, ketika dia berada di dalam tenda, ada kesan suara itu muncul dari sisi lain hutan. Dia kancingkan restleting sampai sejauh dagunya. Dia sudah melepas sweaternya. Kini dia hanya memakai baju lengan pendek di dalam sleeping bag. Dia berharap dia tidak akan kedinginan, tapi dia juga berharap dia sampai harus berkeringat. Mungkin bau keringatnya akan dikenali makhluk hutan.

Aneh sekali rasanya sendirian di dalam hutan. Sudah beberapa lama dia ingin sekali merasakan sendiri di dalam hutan, seperti Chris McCandless. Dia ingin merasa berani. Tidak sadar betapa berat yang seperti itu. Butuh orang yang sudah tidak lagi butuh KTP dan uang dua puluh empat ribu dolar untuk bisa tidur tenang sendirian jauh dari mana-mana. Buat Misdi, yang masih kesulitan untuk duit, yang sekarang terancam kedudukannya karena harus memilih antara meninggalkan pekerjaannya atau meninggalkan temannya.

Broken Arrow sendiri sudah mengatakan kepadanya bahwa secara pribadi dia tidak ada masalah dengan keputusannya untuk mengadu nasib di Amerika ini. Orang-orang Eropa datang ke Amerika ini ratusan tahun yang lalu, dan akhirnya memojokkan orang-orang pribumi, termasuk keluarga dari neneknya, yang sekarang dia coba hidupkan lagi. Kalau orang Eropa yang bukan apa-apanya orang pribumi dulu boleh datang ke tempat ini dan menjadi pemilik nyaris seluruh tanah di benua ini, maka orang Asia juga tidak ada bedanya. Kalau ada yang boleh membuat keputusan tentang imigrasi, Broken Arrow sempat terpikir bahwa orang pribumi Amerika lah yang berhak membuat keputusan tersebut.

Tapi, di sisi lain Broken Arrow terikat sumpah terkait pekerjaannya. Kalau dia tahu ada mahasiswa asing yang bekerja di luar kampus padahal tidak boleh, maka dia berkewajiban melepaskan status keimigrasiannya, yang artinya dia harus meninggalkan Amerika. Jika dia tidak melakukan itu, maka dia akan dituduh berkomplot melanggar perundang-undangan. Satu-satunya cara melakukan itu adalah dengan sama sekali tidak melakukan kontak dengan Misdi. Mungkin sulit melakukan itu.

Terdengar lagi suara-suara di luar. Misdi menarik sedikit lagi restleting yang sudah sampai ke dagunya itu. Kali ini suaranya seperti binatang yang mengerat-ngerat. Bisa jadi itu serangga kecil yang tak berbahaya. Tapi bisa juga itu celeng yang nyasar kemari.

Api unggun sudah semakin kecil dan yang sedikit itu terlihat bergoyang-goyang di dinding tenda hijau ini. Tercium arang di sana. Aroma seperti itu sellau mengingatkan dapur pawon simbahnya dulu, yang selalu disertai ingatan tentang kopi penuh ampas. Misdi selalu mendapat hadiah kopi setiap kali membantu menjaga api pada sore hari setelah menyapu jalan di depan rumahnya yang sempit itu.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *