Membuat Api Unggun (3)

Setelah menikmati api beberapa saat setelah gelap, Misdi akhirnya tidak tahan juga. Dia sudah terlanjur lapar sekali. Ingin sekali dia memanaskan tortilla tepung, mengisinya dengan tuna sachet-an dan keju. Cuma itu satu-satunya makanan back country yang dia tahu. Itu pun dia dapatkan dari Broken Arrow. Tapi dia tahu aroma sekuat itu tidak hanya akan mengundang beruang hutam, bahkan bisa jjuga serigala dari Alaska sana. Buntutnya dia hanya membuka cokelat Hershey rasa Dark Chocolate yang dia beli di pom bensin tadi sore dalam perjalanan ke sini.

Di depan api unggun itu, dia biarkan potongan-potongan coklat Hershey melelh di mulutnya dan dia nikmati rasa pahitnya yang tersisa. Coklat pahit adalah satu-satunya rasa coklat yang bisa dianikmati di sini. Yang lainnya terasa terlalu manis, dan dia tidak mau terlalu banyak menyelipkan coklat di celah-celah antara giginya yang semakin lebar itu.

“Aku dan orang-orang yang aku kenal lebih suka membawa anjing kalau hiking,” kata Broken Arrow. “Terutama di musim gugur.”

“Oke, kalau begitu kapan-kapan aku pinjam anjingmu ya buat hiking?”

“Tinggal bilang saja kapan,” kata Broken Arrow. “Aku tidak ingin ada berita hiker asing mati dimakan elk di Arkansas. Buruk dampaknya buat pariwisata kita.”

“Elk itu herbivora,” kata Misdi.

“Oke, aku tidak mau kamu mati diseruduk celeng,”

“Tentu aku tidak mau mati dan dagingku menjadi haram gara-gara dimakan celeng.”

“Celeng makan segala,” kata Broken Arrow. “Tak peduli ras, agama, afiliasi politik, maupun rasa.”

Tentu tidak akan mungkin perbincangan seperti itu terjadi antara dia dan Broken Arrow. Dia tidak akan membiarkan dirinya berbicara konyol-konyolan seperti itu. Apalagi beberapa hari lagi, saat dia mulai bekerja di kampus. Kedudukannya tidak memungkinkan Misdi dan Broken Arrow terus berteman.

Tapi, ketakutan bisa membuat orang berpikir apa saja. Terbersit juga keinginan untuk pulang malam ini, menghindari ketakutan dimakan beruang hitam di hutan lindung ini. Sejak dia datang sore ini, belum sekalipun dia bertemu pendaki lain. Memang tempat ini sepi, tapi dia tidak pernah membayangkan akan sendirian di tengah hutan perawan ini tanpa satu orang pun di sekitarnya. Misdi memeriksa telponnya dan di layar tampak posisinya di tengah hutan itu, tapi di bagian atas tidak ada sama sekali sinyal telpon.

Bukan hantu atau sejenisnya yang dia takutkan. Dia sudah terlanjur tidak percaya hantu itu ada sejak tahun pertama tinggal di sini. Dia percaya tuhan, tapi dia sudah tidak percaya makhluk halus. Entah di mana, mungkin ada orang yang punya istilah untuk kondisinya saat ini. Dia ingin mengusulkan istilah theistic aspiristic. Yang dia takutkan adalah ketemu binatang buas bertaring: coyote, beruang hitam, cougar (tolong Tuhan). Dia ingat satu ayat di surat Al-baqarah yang dulu dia jadikan pegangan untuk jaga-jaga kalau bertemu anjing. Akankah ayat itu bisa untuk menghadapi coyote atau bahkan singa gunung?

Dia kuatkan tekad untuk tetap bertahan di sini. Membongkar tenda di kegelapan seperti ini terlalu merepotkan. Apalagi nanti dia harus berjalan setengah jam untuk keluar dari hutan ini. Dia harus melewati dua kali kecil (mungkinkah ada beruang minum di sana?) sebelum akhirnya tiba di mobilnya yang dia parkir di sebelah kuburan tua.

Lagipula malam ini adalah malam ulang tahunnya. Dia sudah berencana ke sini untuk berenung di depan api unggun, mengingat setahun terakhir dan setahun ke depan, seperti layaknya seorang Cherokee. Mungkin lebih tepatnya seperti seorang Broken Arrow. Usianya 33 tahun. Semua orang bilang 33 tahun adalah usia yang paling matang. Yesus disalib di usia 33 tahun. Clark Kent mengetahui dia dari planet Krypton di usia 33 tahun. Misdi belajar membuat api unggun di awal usia 33 tahun. Broken Arrow juga akhirnya mendapat pekerjaan full time di kampus pada usia 33 tahun.

Malam ini Misdi akan tetap bertahan di tendanya.

Dia tambahkan sepotong cabang pohon sebesar pahanya di atas api unggun yang sudah mulai mengecil dan arangnya terlihat indah. Makannya sudah aman di sana, tergantung di cabang pohon sekitar sepuluh meter dari tendanya. Dia putuskan masuk saja ke tenda. Ada suara gemerisik di kegelapan sana. Dia yakinkan mungkin itu semacam serangga atau mamalia kecil. Tidak ada pikiran buruk. Alam bersamanya. Alam bersamanya.

(bersambung)

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *