Sebelum Petualangan ke Barat (1)

Drake membuka satu per satu penutup atas mesin cuci yang tertutup. Dia ingin memastikan tidak ada baju di sana. Setiap kali membuka satu mesin cuci, dia lap bibir dalam mesin cuci itu. Kadang-kadang ada sisa-sisa debu tanah, kadang-kadang ada bubuk deterjen–dia sering heran kenapa masih ada orang yang suka menggunakan deterjen bubuk untuk mesin cuci. Begitu selesai satu deret yang terdiri dari lima mesin cuci, dia berpindah ke sisi lain. Di situ juga ada sederet mesin cuci lagi yang harus dia periksa.

Lima menit lagi jam sembilan malam. Kalau memang tidak ada lagi orang yang datang sampai jam sembilan, dia akan segera mengunci tempat londri umum ini dan berjalan pulang. Sejak jam satu siang tadi dia sudah hilir mudik di sini. Berbincang-bincang. Dibuat kesal. Duduk nonton TV. Menghitung uang. Memeriksa filter debu. Geram melihat anak-anak kecil. Geram melihat orang dewasa bertingkah seperti anak kecil. Dan sebagainya.

Untungnya, dia boleh pulang setelah jam 9 kalau memang tidak ada lagi pelanggan di londri umum yang dia jaga. Tapi dia tetap dibayar untuk satu jam terakhir. Memang, dunia kadang-kadang bisa memberinya penghiburan dengan cara yang tidak wajar.

Di salah satu mesin cuci terakhir yang dia periksa, dia menemukan sepotong kaus kaki dan kain panjang. Syal? Blus? Ataukah hijab (ada pelanggannya yang Muslim asal Ethiopia–atau Somalia?–datang sore tadi).
Jam sembilan. Haleluyah, soraknya dalam hati. Drake segera menutup bilik kecil tempat dia berkantor. Peti uang sudah terkunci dan terselip di tempatnya. Ada gulungan-gulungan koin seperempat dolar di atas meja. Dia sudah menghitungnya dan mencatatnya dalam pembukuan. Dia malas kalau harus memasukkan gulungan-gulungan itu ke mesin penukar koin. Biarlah besok pagi dia kerjakan itu. Toh, salah satu dari mesin penukar koin yang ada di londri umum itu sudah dia isi penuh. Dia akan kerjakan yang ini besok.

Besok dia akan datang jam 10 pagi, bekerja sebentar, kemudian makan siang dengan bossnya. Bossnya berjanji akan membawanya makan ke “The Village” besok sore. Restoran itu hanya buka hari Kamis. Besok hari Kamis. Hari terakhir dia bekerja. Sesudah itu petualangan berlanjut ke Trinidad. Di usianya yang ke-70.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *