(Sebuah resensi dari lebih dari seratus purnama yang lalu, kira-kira dari tahun 2006/7-an lah. Resensi ini sepertinya pernah saya kirimkan ke mana-mana tapi tidak juga diangkut oleh redaktur koran. Jadi ya, lagi-lagi demi menghidupkan tag “tulisan-tulisan yang ditolak koran,” saya akan posting saja tulisan ini untuk kita semua di sini.)

Judul : Catatan Harian Che Guevara: The Motorcycle Diaries
Penulis : Ernesto Guevara
Penerjemah : Tri Wibowo Budi Santoso
Editor : Yusi Avianto Pareanom
Penerbit : Banana Publisher, Jakarta
Cetakan : I, 2006
Tebal : 220 hal.
ISBN : 979-99986-3-8

Apa pentingnya sebuah petualangan hingga orang-orang menerbitkan The Motorcycle Diaries, sebuah travelog yang ditulis Ernesto “Che” Guevara tentang perjalanannya keliling Amerika Selatan melewati jalanan yang berdebu? Apa karena yang melakukan perjalanan itu seorang Che Guevara, seorang gerilyawan yang masyhur?

The Motorcycle Diaries adalah hasil dari perjalanan Guevara dan Alberto Granado keliling Amerika Latin dengan mengendarai sepeda motor Norton 500 yang diberi nama La Poderosa, sang perkasa. Ketika itu Guevara dan Granado masih tercatat sebagai mahasiswa kedokteran. Mereka akan lulus dan menjadi dokter. Namun, sebelum itu, mereka memutuskan untuk melengkapi ambisi masa muda mereka dengan melakukan perjalanan gila-gilaan.

Guevara dan Granado bertolak dari Buenos Aires dengan beban kekhawatiran orang tua Guevara dan harapan bahwasanya kekasihnya di Cordoba sedia menunggu setahun itu hingga dia pulang kembali. Dari situlah mereka kemudian menempuh alam yang indah dengan pegunungan, danau dan hutan-hutannya; bertemu dan hidup bersama para petani di pedesaan; bekerja bersama para kuli pertambangan; tinggal dan mengambdi di koloni lepra yang penuh derita, dan; berangkat pulang dengan menumpang pesawat yang sempat membawanya ke Amerika Utara.

Selama perjalanan itu, mereka menyambung hidup dengan melakukan segala cara. Ada kalanya mereka mendatangi rumah sakit dan menyatakan diri sebagai mahasiswa kedokteran dan mendapatkan sambutan yang bagus. Ada kalanya juga mereka menunjukkan foto mereka yang dimuat di koran sebagai “duta perdamaian” dari Argentina untuk mendapatkan belas kasihan orang-orang. Seringkali pula mereka melakukan pekerjaan apa saja demi mendapatkan sedikit uang sekedar untuk membeli makan.

Melihat perjalanan dimana sang tokoh revolusioner melihat sendiri bagaimana kehidupan rakyat kecil, kita pasti teringat kepada Soe Hok Gie, seorang tokoh anti kemapanan yang banyak melakukan perlawanan terhadap pemerintah melalui tulisan-tulisannya. Dalam usianya yang relatif singkat itu, Soe Hok Gie banyak menulis catatan yang dia kirimkan ke media massa dan dibaca banyak orang.

Soe Hok Gie banyak sekali melakukan perjalanan, khususnya naik gunung, dengan asumsi bahwa untuk mencintai sebuah negeri, kita harus tahu negeri itu secara menyeluruh. Perjalanan ke pelosok negeri adalah sebuah cara untuk bisa mengenal negeri itu. Dia banyak naik gunung di seluruh pulau Jawa. Dia juga termasuk pendiri mapala UI. Perjalanan-perjalanannya itu menumbuhkan rasa cinta yang kuat kepada negeri. Perhatiannya kepada masyarakat akar rumput menumbuhkan hasrat untuk berjuang di dalam dirinya.

Serupa itulah yang tumbuh di dalam diri Guevara pada saat dia menjalani perjalanan yang terrekam dalam catatan harian sepeda motor ini.

Menurut ayahnya, untuk bisa benar-benar memahami kebutuhan orang miskin, Guevara “harus melakukan perjalanan ke seluruh dunia, bukan sebagai turis yang mampir untuk mengambil gambar-gambar indah dan menikmati pemandangan, tetapi dengan berbagi penderitaan sesama manusia di setiap tikungan jalan dan mencari akar penyebab penderitaan itu.”

Tiga tahun setelah menyelesaikan perjalanannya pada tahun 1953 itu, Guevara berangkat ke Meksiko untuk bergabung dengan Fidel Castro yang sedang membangun sebuah angkatan militer. Dan tiga tahun kemudian, mereka memasuki Kuba untuk mencoba menaklukkan rezim Batista. Kelak, ketika sudah berhasil melakukan pemberontakan dan Fidel Castro menjadi pimpinan Cuba, Che diangkat menjadi Menteri Perindustrian.

Namun, hasrat Guevara yang tak pernah bisa diam saat melihat penderitaan dan kemiskinan rakyat kecil membuatnya tak bisa bersantai-santai di Kuba. Dia bergabung dengan kelompok-kelompok separatis hingga ke Kongo di Afrika Tengah. Dan terakhir, dia terbunuh di tangan tentara nasional Bolivia ketika dia membantu pemberontakan pada tahun 1967.

Perjuangan-perjuangan itu berakar pada satu hal, hasrat untuk berjuang mengentaskan rakyat kecil dari penindasan, kemiskinan, dan kebodohan. Dan perjalanan bersepeda motor keliling Amerika Selatan inilah yang menumbuhkan itu. Maka, tidaklah mengherankan mengapa orang-orang menerbitkan buku yang sama sekali jauh dari pemikiran Che Guevara yang sudah diterbitkan dalam dua bukunya tentang perang gerilya. Di sini, ada romantika perjalanan, air mata penderitaan, kenakalan dua orang dewasa awal. Dan kisah ini diceritakan oleh seorang pemuda yang sadar bahwa ada sesuatu di balik segala yang dilihatnya itu. Maka, Anda akan setuju bahwa dalam buku ini Anda akan melihat dengan mata kepala Anda sendiri debu jalan yang membentuk Che Guevara, seorang tokoh revolusioner yang berjanji akan selalu bersama rakyat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *