Kalau dalam hal transportasi Game of Thrones tidak bisa benar-benar lepas dari karya-karya fantasi atau dongeng Abad Pertengahan, dalam hal informasi serial ini memberikan sesuatu yang khas peleburan antara era modern dan medieval. Seperti apa sih bentuknya? Ada dua hal yang bisa secara khusus kita lihat: bagaimana informasi didistribusikan dan dijaga. Untuk yang pertama ini, kita akan bahas distribusi informasi. Oh ya, perkenankan juga kali ini saya sampaikan dengan cara yang SEO-friendly. 😀

Dalam serial Game of Thrones, kita bisa mudah mengetahui bahwa informasi bisa disampaikan tanpa peduli jaraknya dengan menggunakan gagak. Tentu peran gagak di sini tidak jauh-jauh dari peran merpati pos yang sejak zaman dahulu dipakai untuk berkirim kabar. Yang mungkin berbeda adalah gagak dalam GoT ini begitu terlatih dan bisa digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu sesuai pengharapan si pengirim berita. Kalau merpati pos kita tahu memiliki keterbatasan-keterbatasan tertentu, gagak di GoT bisa dipakai untuk mengantarkan pesan ke tempat-tempat tertentu yang telah diprogramkan untuk si gagak. Bisa dibilang gagak di sini tidak jauh berbeda dengan peran akun email pada saat ini. Kita bisa kirim surat ke mana pun asalkan punya alamatnya. Sang Lord hanya perlu bilang: “Kirim gagak” atau “Send a raven” yang intinya kira-kira mirip dengan “Kirim chat” atau “Kirim email.”

Gagak sebagai Pengantar Informasi - Raven as Messenger
Gagak sebagai Pengantar Informasi. Gambar dipinjam dari Game of Thrones Fandom Wiki.

Informasi Gagak Pos Vs Merpati Pos

Mari kita bandingkan dengan merpati pos. Merpati pos sebenarnya tidak benar-benar disuruh-suruh mengirimkan pesan. Kalau kita baca artikel di wikipedia ini, kita tahu bahwa usaha menggunakan merpati untuk berkirim kabar itu tidak sederhana-sederhana amat. Kita harus bawa merpati ke tempat tertentu (di dalam sangkar tentunya), dan di tempat tersebut orang yang kita tuju akan menuliskan pesan yang kemudian akan ditempelkan ke si merpati. Nah, merpati yang punya track record setia dan pasti pulang ke pasangannya itu kemudian akan pulang ke pasangannya yang sebenarnya juga tempat orang yang membutuhkan pesan. Akhirnya tersampaikanlah pesan dari tempat tujuan. Yang seperti ini dipakai untuk situasi-situasi perang (bahkan sejak 2000 tahun lalu oleh bangsa Romawi–yang kemungkinan mempelajari teknik ini dari bangsa Persia). Jadi, secara singkat alurnya begini:

A butuh info dari B –> A mengirim merpati 1 (dalam sangkar) ke B –> Ketika merpati 1 tiba di B, B menulis info dan mencantelkannya ke kaki merpati 1 –> Merpati 1 pulang ke pasangannya di A –> A membuka pesan yang terikat di kaki merpati 1

Secara singkat: lalu lintas informasi tradisional dengan merpati masih membutuhkan mobilitas fisik manusia. Informasi tidak sepenuhnya berangkat sendiri ke tempat yang diinginkan si pengirim informasi.

Di Game of Thrones, yang kita lihat adalah “kantor pos gagak.” Sebagai gambaran, Kastil Winterfell punya sangkar berisi banyak gagak. Masing-masing gagak punya peruntukannya sendiri-sendiri: ada yang khusus buat terbang ke King’s Landing, ada yang ke Castle Black, dan ke tempat-tempat lain. Ketika Ned Stark perlu mengirim pesan ke adiknya Benjin di Castle Black, dia tinggal minta pawang gagak (atau “kepala kantor pos”) untuk mengirimkan gagak khusus Castle Black membawa pesan ke Benjin. Jadi, pada situasi-situasi di mana orang tidak bisa bepergian dengan mudah, informasi tetap bisa tersampaikan dengan baik ke tempat-tempat ini.

Informasi Pembentuk Konflik

Inilah yang menjadikan sirkulasi informasi di Game of Thrones sangat canggih. Dunia GoT sudah memiliki sistem distribusi informasi yang tidak membutuhkan mobilitas fisik manusia. Kalau dibutuhkan, misalnya dalam situasi pandemi, di mana sebuah kastil mengalami lockdown, informasi tetap bisa keluar masuk bila memang diperlukan.

Bahkan, satu bagian cerita Game of Thrones, kita tahu usaha mengintersepsi lalu lintas informasi. Tentu saja tidak ada yang namanya hacker untuk menyingkap pesan pada gagak. Yang ada justru pembunuhan gagak-gagak pembawa pesan yang keluar dan masuk ke sebuah kastil. Atau di salah satu episode akhir GoT, kita tahu Petyr Tyrell mencoba mempengaruhi Arya Stark dengan mencari pesan lama di arsip pesan Winterfell yang dia harap bisa mengubah pandangan Arya tentang kakaknya, Sansa. Kurang canggih apa sebuah cerita yang memainkan informasi sebagai penyumbang konflik penting?

Semua ini memungkinkan terjadinya konflik-konflik rumit dengan intrik-intrik lihai. Konflik di dalam cerita GoT tidak hanya cerita-cerita sederhana. Konflik-konfliknya bisa menjadi rumit karena masalah-masalah elementer seperti salah memahami kondisi terkini; informasi terkini mudah didapatkan dengan baik. Bahkan, kita bisa melihat konflik-konflik yang berbasis informasi seperti saya contohkan di atas.

Sementara ini dulu. Selanjutnya kita akan bicara tentang distribusi ala gagak mata tiga dan pengarsipan atau penyimpanan informasi dan literasi dalam Game of Thrones. Mau Baca Lagi?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *