Mengundur Perayaan Kemerdekaan, Pernah?

Pernahkah kita mengundur perayaan 17 belas Agustus ketika tidak memungkinkan merayakannya sekitar tanggal 17 Agustus? Di Amerika Serikat, hal tersebut terjadi di kota Fayetteville, Arkansas. Pemerintah kota menganjurkan warga merayakan kemerdekaan 2 bulan setelah 4 Juli.

Kemerdekaan di kawasan Arkansas dan beberapa negara bagian lain biasanya dirayakan dengan membakar petasan. Biasanya, sejak pertengahan bulan Juni kita sudah bisa menemukan banyak tenda-tenda seukuran tenda barak yang merupakan stan penjualan petasan. Orang-orang suka membeli petasan di tenda-tenda itu dan membakarnya tepat pada tanggal 4 Juli, baik itu di halaman rumah, maupun di lapangan dekat rumah sebagai perayaan bersama.

Sayangnya, pada tahun ini, 4 Juli adalah saat yang tidak tepat untuk bermain api. Musim panas tengah panas-panasnya, dan curah hujan terlalu rendah sejak beberapa bulan sebelumnya, sehingga rumput-rumput dan hutan-hutan banyak yang mengering. Pemerintah kota, setelah mengamati keadaan ini, menyatakan bahwa potensi kebakaran terlalu besar, bahkan saat tidak ada yang bermain api. Maka, beberapa hari sebelum 4 Juli, walikota mengeluarkan larangan pembakaran petasan bagi warga sipil, yang banyak di antaranya telah membeli petasan dari tenda-tenda penjual petasan itu. Hanya perayaan yang diadakan oleh kota yang boleh membakar petasan (dengan asumsi, karena mereka mendukung perayaan itu dengan maksimal, yaitu dengan tim pemadam kebakaran, ambulans, polisi dan lain-lain).

Terus bagaimana dengan warga yang sudah terlanjur membeli petasan? Dalam surat larangan yang dikeluarkan oleh walikota itu, disebutkan juga bahwa warga boleh membakar petasannya kelak pada long weekend untuk peringatan Hari Buruh, yang dirayakan pada hari Senin pertama bulan September, tepatnya tanggal 3 September. Warga pun tidak terlihat protes. Saya sendiri yang kebetulan hadir dalam pertemuan Dewan Kota Fayetteville pada tanggal 2 Juli 2012 kemarin dalam rangka dinas*, melihat bagaimana para warga yang hadir di rapat tersebut tidak protes sedikit pun. Sepertinya mereka mengerti, yang lebih penting adalah keselamatan bersama daripada sekadar perayaan membakar mercon. Begitulah, akhirnya pada tanggal 4 Juli kemarin, hanya ada satu tempat yang melontar-lontarkan petasan di kota Fayetteville, yaitu yang diorganisir oleh Kotapraja, di halaman Northwest Arkansas Mall.

Hari ini, pada liburan Hari Buruh, 3 September, dua bulan setelah 4 Juli, sebentar-sebentar saya dengar letupan mercon. Dan sambil menulis ini, saya bisa melihat keluar dari pintu dapur dan mendapati pencaran-pencaran mercon kembang api mencoreng-moreng kegelapan malam. Saya jadi mengingat-ingat lagi, pernahkah kita mengundur perayaan dengan gaya seperti ini? Pernahkah misalnya kita undur dulu membakar mercon-mercon saat itu fitri ketika mengetahui potensi kebakaran sedang tinggi? Atau pernahkah kita tunda upacara kemerdekaan ketika tahu masih banyak koruptor berkeliaran? Atau, maukah kita menunda membakar mercon ketika tahu masih ada keluarga-keluarga yang tidak kebagian zakat? Aduh, kok jadi sok-sokan begini ya?

* Saya mengantarkan beberapa mahasiswa penerima beasiswa dari Ford Foundation yang salah satu bagian dari program mereka selama di Amerika adalah melihat bagaimana demokrasi berjalan, yaitu melihat bagaimana pengambilan keputusan untuk hal-hal kecil di Kotapraja Fayettteville ini dilakukan melalui pertemuan Dewan Kota. Oh ya, saya mengantarkan mereka karena selama musim panas kemarin saya bekerja sebagai sopir di tempat anak-anak Ford Foundation itu menjalani program mereka. 🙂

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *