Kisah Natal (1): Orang Muslim Merayakan Hanukkah?

Minggu pagi yang cerah, waktunya Misdi ke tempat londri di belakang pom bensin perempatan North Street dan Leverett Avenue. Tempat londri itu berdempetan dengan toserba kecil–yang memang biasanya ada di setiap pom bensin. Tempat londri dan toserba itu milik orang yang sama.

Sayang, seperti sering terjadi, Misdi lupa bawa deterjen dan tidak punya uang receh 25 sen-an (quarter) buat menjalankan mesin cuci. Dia harus ke toserba untuk beli deterjen dalam paket2 kecil sekali pakai. Satu paket 50 sen. Di depan toserba, dia lihat penjaga toserba sedang merokok. Lelaki biasanya, kurus, jangkung, bercambang dua hari. Penampilannya seperti orang pergi mancing, berbaju flanel kotak-kotak dan bertopi belel. 

Misdi: Halo, Bung!

Penjaga Toserba: Selamat pagi, Bung! Sebentar! (Dia taruh rokoknya dengan hati-hati di tiang kecil yang biasanya dipakai untuk membuang puntung rokok. Oh ya, ini semua terjadi di kawasan pom bensin.)

Misdi: Biasa, lupa bawa deterjen dan lupa bawa recehan.

Penjaga Toserba: Aku paham, Bung. Nggak pulang kampung buat Christmas?

Misdi: Kampung terlalu jauh, sayangnya. Menyeberang samudera. Lagipula, I don’t really celebrate Christmas, actually. Aku Muslim.

Penjaga Toserba: Oh, oke. Jadi… kamu merayakan Hanukkah?

Misdi: Em, bukan. Itu buat orang Yahudi. Aku merayakan Idul Fitri, Eid Day.

Penjaga Toserba: Oh ya? Kapan itu?

Misdi: Pindah-pindah terus waktunya, Bung. Soalnya pakai penanggalan bulan. Yang terakhir kemarin bulan Agustus. Eh, ini aku mau beli dua paket deterjen kecil-kecil itu, dan tolong kasih kembalian recehan ya buat londri?

Penjaga Toserba: Oke, oke. Deterjennya satu 50 sen. Bentar, aku ambilkan ini dulu.

Dia mengambil segulung uang recehan 25 sen dari kotak kasir. Setiap gulung 10 dolar. Dia lepas ujung gulungan dan ambil empat quarter dan memasukkannya ke kotak kasir. Dia serahkan sisanya ke Misdi. Kemudian dia ke rak di belakangnya dan mengambil sebuah stoples dari sana. 

Penjaga Toserba: Aroma Spring Meadows apa Ocean Mist?

Misdi: Spring Meadows saja. Itu yang aroma Lavender, kan?

Penjaga Toserba: Iya. Dua kan tadi? (Dia ambil dua paket tanpa perlu menunggu jawaban Misdi, yang mengangguk di seberang konter kasir.)

Penjaga Toserba: Menarik. Hari rayamu tadi. Terus biasanya gimana kamu merayakannya?

Misdi: Makasih, Bung (sambil menerima dua paket deterjen). Ya, biasanya sih makan-makan, kumpul keluarga, mengunjungi teman-teman, makan-makan di sana.

Penjaga Toserba: Sounds like Christmas to me.

Misdi: Begitulah.

Penjaga Toserba: Well, kalau begitu Happy Holidays, Bung.

Misdi: Makasih. Selamat Natal untukmu, Bung.

Misdi keluar dari toserba, melihat rokok si penjaga toko masih di tempatnya. Abunya cukup panjang dan posisinya miring, nyaris terjatuh ke dalam tiang pendek itu. Dia langsung melanjutkan ke tempat londri, di mana sekantong baju-baju kotor sudah menunggu untuk didistribusikan ke dua mesin cuci. Baju-baju “berat” harus dipisahkan dengan baju-baju ringan, dan baju dalam ikut baju berat dan baju-baju sholat (termasuk jilbab-jilbab istrinya) ikut kelompok baju ringan. 

Hari Minggu pun berlanjut seperti sedia kala, dengan semestinya.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *