Laporan Studi Banding – Bandara Charlotte, North Carolina, Sumbang Seikhlasnya di WC Umum

Jangan mudah percaya kalau ada orang bilang Timur dan Barat tak akan pernah bertemu (meskipun ada sastrawan londo pernah bilang begitu). Jangan iyakan dulu, tapi juga jak ngan langsung dibantah kayak orang emosi. Hari ini saya temukan lagi kemiripan Barat dan Timur, meskipun di permukaan tampak berbeda.

Saya mendarat di Bandara Charlotte, North Carolina, untuk transit sebelum melanjutkan perjalanan ke Savanna, Georgia. Seperti biasa, saya masuk WC Umum dulu demi kemaslahatan transit. Masuk WC Pertama, sangat banyak orang. Saya lihat seorang bapak kulit hitam, berpakaian seragam pegawai rendah bandara, menyapa sopan seseorang yang baru memasuki toilet: “How are you doing, man?” dan berlanjut dengan perbincangan dengan sepatu mentereng yang dikenakan si pengguna toilet. Ternyata si bapak bertugas jadi “terima tamu di toilet.” Di akhir percakapan, si bapak penjaga toilet. Pengguna toilet sangat banyak, dan saya butuh mengisi botol air minum dulu untuk mencuci pasca pipis. Karena sungkan–siapa tahu dibilang aneh–saya urungkan niat memakai WC, Umum ini.

Saya keluar lagi dan masuk ke WC Umum lain di dekat gerbang keberangkatan saya. Di situ WC sangat sepi. Hanya ada seorang bapak penerima tamu WC yang super ramah, menyapa “How are you today, Sir?” Saya jawab basa-basi, “Doing alright, thank you. How about you?” Dia jawab: “It’s a great day for me, Sir, a blessed day.” Saya langsung menyimpulkan, berarti bandara ini memang punya penerima tamu toilet. Saya pun melanjutkan niat mulia saya di toilet.

Selama ada di dalam toilet itu (tak usah disebutkan berapa lama), saya mendengar keramahan luar biasa si bapak. Kadang-kadang malah bilang: “You have a blessed day, Sir” atau “I’m gonna have a big sleep tomorrow” atau “Thank you, you’re a good man.” Nah yang terakhir ini mencurigakan, karena disertai suara “klenthing-klenthing” seperti uang masuk kota jariyah. Ah, saya jadi mikir, jangan-jangan…. jangan-jangan. Makin lama kecurigaan saya semakin meningkat. Jangan-jangan, ada sumbangan seikhlasnya? Wah, menarik ini. Saya pikir cuma di terminal Bungurasih saja yang punya sumbangan seikhlasnya–eh, sebenarnya ada bandrolnya, ding.

Karena penasaran yang sampai di ubun-ubun, saya pun keluar dari toilet, tentu setelah melakukan semua tugas wajib saya. (Jangan sampai lupa nge-flush ya?) Saya lihat di dekat wastafel toilet, sesuatu yang saya lewatkan tadi: Kotak kaca dengan uang recehan dan dolaran. Aha, ternyata si penerima tamu juga menerima sumbangan seiklasnya. Ah, mungkin bahasa sininya tips.

Tapi, yang jadi pertanyaan saya: Kalau di restoran itu tips-nya biasanya 20 persen dari harga makanan, terus di toilet ini tipsnya 20 persen dari apa?

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *