Di Sepetak Laptop Tua

Terkadang aku mencari-cari kesempatan
memeluk anakku yang mulai beringsut,
setelah menghabiskan hari-hari
di sepetak laptop tua.

Aku ingin—maaf, salah:

Aku bosan membangun istana ampas kopi
di atas tombol-tombol kibord hitam–
lihatlah itu huruf-huruf
terus terkikis.

Terkadang aku mencari-cari kesempatan
menginstall sistem operasi paling polos
dengan sintaksis command line
yang kukenal samar-samar.

Semua hanya agar aku tidak terus terbelit
dalam pengulangan demi pengulangan
demi pengulangan demi apa coba—

Sayangnya aku masih lebih percaya
mati kelelahan di pucuk gunung
lebih agung daripada
mati menggigit
ekor sendiri.

Untung aku yakin, belum ada
yang memasang nisan
di kubur sendiri.

Setelah menghabiskan hari-hari
di sepetak laptop tua,
terkadang aku mencari-cari kesempatan
memeluk anak yang mulai beringsut.

 

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *