(Resensi Dini) 21 Lessons for the 21st Century oleh Yuval Noah Harari

Terlalu dini untuk menuliskan tentang buku ini, tapi sutralah.

Kalau buku Harari sebelumnya (Sapiens dan Homo Deus) merupakan narasi sejarah singkat peradaban manusia dan narasi proyeksi masa depan yang merupakan konsekuensi logis dari perkembangan peradaban manusia sejauh ini, buku Harari yang ketiga ini bersifat deskriptif, melebar, membicarakan dunia saat ini dan kekuatan-kekuatan yang menggerakkannya (baik positif maupun negatif, baik Force maupun The Darkside of the Force). Tapi tentu saja, semua deskripsi itu disajikan oleh orang yang telah menulis Sapiens dan Homo Deus, yang punya wawasan ke belakang hingga awal peradaban homo Sapiens dan wawasan ke depan hasil proyeksi tadi. Artinya, renungan² tentang cara kerja dunia hari ini pun tak lepas dari masa lalu dan masa depan dalam buku ini.

Banyak yang dibahas dan saya tidak yakin bisa merangkumnya di sini, tapi ada satu gaya pandangnya yang perlu disadari sejak awal: Harari menulis dari posisi orang yang memiliki kebebasan berpikir, yang analisis dan argumennya seperti tidak terikat kepada afiliasi politik, agama, etnis, gender, dll. Dengan itu, dia bisa membahas dan mengurai dan terkadang mempertanyakan dengan santai hal² yang buat orang beragama dipandang suci, hal² yang bagi orang liberal dianggap universal, dan bahkan hal² yang bagi orang Amerika Serikat atau Israel dianggap anti-semit. Tapi hebatnya, dia tidak melakukan semua itu dengan nada menghina. Dia seperti memahami bahwa ada banyak cara orang melihat sesuatu, tapi ada banyak cara juga orang semestinya bisa memahami orang lain.

Renungannya tentang Nasionalisme mengajak kita menyadari bahayanya terjerumus ke dalam fasisme. Renungannya tentang bagaimana orang beragama menggunakan nama Tuhan bisa membuat orang beragama berkaca. Renungannya tentang sekulerisme mengajak mengeksplorasi sekulerisme bahkan hingga ke wilayah yang tidak disadari orang yang menyebut diri sekuler. Dan buat saya pribadi, Renungannya tentang Fiksi Ilmiah juga membuat saya malu pernah mengaku paham fiksi ilmiah.

Mungkin kapan², setelah baca buku ini kedua, ketiga, dan keempat kalinya, saya baru bisa bikin ulasan yang lebih pantas.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

2 comments

Tergolong bacaan berat ya buku karya Harari ini. Pengen baca tapi yakin saya nggak bisa menikmatinya. Sementara masih berkutat dengan novel-novel saja dulu.

Berat atau tidak sebenarnya menurut saya relatif sih. 🙂 Buku ini sangat bisa dinikmati sebagai buku informatif, tapi juga bisa dibaca sebagai buku yang perlu dikritisi dan direnungkan. Novel juga begitu. Dia juga bukan bacaan yang enteng kalau kita mencurahkan diri kita ke sana. Betul nggak kira-kira? 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *