Bertemu Kiai Penting di Bulan Kedua

Ada sebuah kisah Ramadhan di Arkansas yang semestinya sejak dulu-dulu saya sebutkan, yaitu tentang pertemuan dengan orang-orang penting dari Indonesia. Saya tidak pernah membayangkan tentang ini, tapi belakangan saya jadi tahu bahwa hal semacam itu adalah bagian yang tak terhindarkan. Saya mulai membuktikan hal tersebut sejak puasa pertama saya di Arkansas. Saya bersanding langsung dengan imam besar masjid Istiqlal.

Setiap bulan Ramadhan, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia selalu mengirimkan seorang tokoh Muslim dari Indonesia untuk safari Ramadhan. Tokoh atau ulama penting ini biasanya diajak ke tempat-tempat yang cukup besar di Amerika untuk beraudiensi dan memberikan tausiah dan berdiskusi dengan para Muslim Indonesia yang ada di Amerika Serikat. Tempat kami, Fayetteville, sebenarnya bukan tempat yang sangat besar. Tempat yang cukup besar dan penting yang biasanya dikunjungi adalah Tulsa, di Oklahoma. Tempat ini berjarak sekitar 2 jam perjalanan dari Fayetteville, Arkansas. Tapi, ada kalanya ulama yang mampir ke Tulsa itu bersedia diajak ke Fayetteville, tempat yang cukup indah tapi tidak banyak dikunjungi orang penting.

Yang terjadi pada Ramadhan 2008 itu adalah tidak umum: ulama yang bersafari Ramadhan berkenan diajak ke Fayetteville. Tidak tanggung-tanggung, yang saat itu bersafari adalah bapak KH. Ali Mustafa Yaqub, imam besar masjid istiqlal. Ketika itu saya tidak kenal beliau–mungkin karena sudah lama saya tidak mengikuti berita-berita keagamaan ya. Dengan agak mendadak, PERMIAS (Persatuan Mahasiswa Indonesia di Amerika Serikat) University of Arkansas mengorganisir acaranya di kampus. Mungkin karena saya satu-satunya mahasiswa yang baru datang tahun itu, saya pun ketiban sampur menjadi moderator untuk acara tersebut. Saya mencoba mencari tahu tentang KH Ali Yaqub dan kemudian menjadi moderator acara diskusi itu. Saya di atas panggung bersama ketua Permias waktu itu Masrizal Mahmud dan Bang Teddy, perwakilan dari ICMI.

Blogger Anda, KH Ali Mustafa Yaqub, Bang Teddy, Masrizal

Menurut foto yang masih tersimpan ini, KH Ali Yaqub berbicara tentang dimensi sosial agama Islam. Judul pastinya adalah “Iman, Zakat, and Social Awareness for Youth Education in Indonesia.” Satu hal yang beliau soroti waktu itu adalah banyaknya orang berhaji berulang-ulang tapi tidak sensitif terhadap penderitaan di lingkungan. Ketika itu, ada berita hangat dari tanah air tentang sebuah acara pembagian sedekah yang berujung kericuhan dengan korban jiwa. Beliau menyesalkan kenapa acara tersebut harus diformat sedemikian rupa hingga terjadi korban jiwa–seolah tidak ada format lain yang bisa dipakai.

Acara berjalan lancar meskipun saya sendiri agak grogi sebenarnya. Sejauh saya ingat, saya tidak pernah menjadi host acara keagamaan. Pengalaman saya paling dekat dengan itu adalah lomba pidator peringatan maulid Nabi Muhammad SAW pada saat kelas 1 SMA–itu pun saya memakai naskah pidato yang dituliskan oleh seorang Pak Dhe yang guru agama dan punya TPQ di rumahnya. Tapi, berkat kepercayaan Masrizal dan Bang Teddy, anggota ICMI setempat, akhirnya saya juga bisa menyelesaikan tanggung jawab menjadi moderator itu.

Foto KH Ali Mustafa Yaqub di Wikipedia

Belakangan, setelah kembalinya KH Ali Mustafa Yaqub ke tanah air, saya semakin kenal beliau lewat berita. Sebentar-sebentar setelah KH Ali Yaqub muncul di berita. Beberapa tahun kemudian, foto KH Ali Mustafa Yaqub cukup menjadi viral ketika Presiden AS Barack Obama dan Ibu Negara Michelle Obama berkunjung ke Indonesia (“Pulang kampung nih!” katanya dalam Bahasa Indonesia–ingat kan?) berkunjung ke masjid istiqlal. Di salah satu foto yang viral itu, Obama dan Michelle (pakai kerudung) berfoto di lingkungan Masjid Istiqlal bersama bapak KH Ali Yaqub yang memakai kopyah hitam (beliau seingat saya selalu memakai kopyah hitam–termasuk ketika ke Fayetteville). Pada tahun terakhir saya di Fayetteville, saya mendapat kabar sedih dari tanah air tentang meninggalnya KH Ali Mustafa Yaqub. Saya memberitahu Masrizal tentang kabar duka itu.

Acara diskusi yang berlangsung pada 15 September, pada bulan kedua saya di Amerika Serikat itu, adalah acara penting pertama bagi saya. Itulah pertama kalinya saya bertemu seorang penting dari tanah air. Kelak, akan ada orang-orang penting dari tanah air yang saya sempat temui, termasuk bapak Konsul Jendral dari Houston, dan juga bapak Shamsi Ali, yang saat ini menjadi imam di New York, dan ada beberapa lainnya. Tetapi, ketika bertemu orang-orang penting selanjutnya itu, saya sudah sadar bahwa hal-hal semacam itu tidak terlalu mengherankan di komunitas-komunitas Indonesia di Amerika Serikat yang bisa dibilang relatif tidak banyak dibandingkan komunitas bangsa lain dan memiliki kecenderungan bersilaturahmi lebih besar dari komunitas bangsa lain.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *