Blogging tentang Blogging

Hari ini kita kembali lagi menulis pasca 31 Hari Menulis Nostalgia Ramadhan. Lima hari kemarin saya memang meniatkan diri untuk tidak menulis dulu di sini, semacam rehat lah. Tapi, hari ini ada lagi yang bisa dituliskan. Apa itu? Kita akan menuliskan kenapa kita masih perlu menulis di blog. Nah.

Memang sempat terjadi kehampaan setelah tidak ada lagi yang memaksa menulis–tapi itu semu. Saya percaya seratus persen adagium “mana ada blogger zonder postingan!” Memang tidak ada yang memaksa saya menulis di blog ini, tapi dunia memaksa saya untuk terus menulis. Di luar blogging ini, selalu ada tuntutan agar saya menulis. Dan empat hari kemarin adalah saat ketika saya waktu mendengar paksaan menulis dari luar blog itu. Maka itulah yang sebenarnya saya lakukan. Saya menulis berbagai material yang harus saya tuliskan di luar blog ini.

Tapi, blog adalah rumah bagi para blogger. Masih ingat pepatah “sejauh-jauh blogger menulis akhirnya akan ke blog-nya sendiri juga”? Itulah yang terjadi tepat pada detik ini. Saya harus kembali ke sini dan menggerakkan jari-jari dan menuangkan pikiran dan menata gagasan saya di rumah ini. Seorang binaragawan yang sudah mendapatkan bentuk tubuh favoritnya tidak lantas tinggal diam menikmati bentuk tubuhnya, kan? Begitulah yang terjadi dengan blogger. Ada kalanya si blogger menghadapi satu keadaan di mana dia merasa sudah nyaman dan lentur mencurahkan pikiran dalam konteks blogging. Tapi, dia perlu menjaga kelenturan otot-otot blogmanship-nya. Tanpa itu, kelenturannya akan berkurang. Nah, itulah yang dilakukan blogger Anda saat ini. Dia blogging sebagai satu latihan harian.

Yang tak kalah pentingnya, menulis adalah meditasi yang bisa efektif buat sebagian orang. Ketika menulis, kita perlu mencurahkan pikiran dan otot-otot tangannya ke satu hal secara seksama. Ada kualitas meditatif di sana. Dan itulah yang bisa kita lakukan kalau ingin sekadar melakukan latihan rutin untuk ketenangan pikiran seperti halnya ketika kita bermeditasi. Dengan yang seperti ini, kita bisa menjalani hari-hari dengan longgar dan woles, dan jernih.

Maka dari itulah, kita tetap harus dan memang bisa blogging kan? Dengan ini, kita tetap bisa menulis meskipun seolah-olah kita tidak punya topik yang bisa ditulis. Tidak perlu topik yang bikin methentheng untuk dituliskan. Bahkan kenapa kita perlu menulis pun bisa jadi topik tulisan yang legit. Tul nggak? Tul nggak? Selanjutnya, saya akan tambahkan konten tentang buku-buku yang akhir-akhir ini saya baca. Semoga kawan-kawan bersabar menunggu. Rencananya cuma satu hari satu postingan singkat saja. Oke?

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *