Darsono datang ke pos jaga agak telat malam ini. Dia harus membersihkan dan menyegarkan diri sebentar setelah menggali makam. Salah seorang warga kompleks tempatnya berjaga malam setiap ini baru saja meninggal dunia. Hari-hari pandemi ini, setiap kali ada orang yang meninggal, pengurus kampus selalu menganjurkan untuk segera memakamkan. Sehabis maghrib tadi, dia ditangani ketua RT dan langsung menyetujui menggali kubur bersama beberapa pemuda kampung bawah, tempatnya tinggal.
Kini, di depan pos, ada dua yang dia tunggu. Jam 1 nanti kawan jaga malamnya akan datang dan dia akan berkeliling kampung. Tapi, ada juga yang dia tunggu yang tidak pasti kapan akan datang. Biasanya, malam hari setelah menggali makam, dia didatangi oleh orang yang habis dikuburkan, yang ingin mengucapkan terima kasih. Hanya muncul sebentar, mungkin berterima kasih. Darsono suka menganggapnya begitu. Dan itulah yang dia pakai untuk meyakinkan istrinya ketika hari-hari ini dia khawatir karena jangan-jangan orang yang dikuburkan meninggal karena COVID. Tamu itu biasanya tidak berkata apa-apa. Muncul sebentar saja tak perduli dia bersama siapa. Yang lain tidak bisa melihatnya. Tidak menggangu. Darsono sudah lama belajar santai menghadapi ini.
Malam ini agak berbeda. Kalau biasanya santai, mungkin malam ini dia agak kikuk. Warga kampung yang baru saja dia makamkan malam ini adalah Pak Martoyo. Pak Martoyo ini adalah orang yang sama sekali tidak asing buat Darsono. Setiap malam Pak Martoyo datang sekitar jam 2 untuk mengantarkan teh dalam perjalanan beliau ke masjid sambil mengambil teko teh dari sehari sebelumnya. Mungkin dia akan kikuk kalau malam ini Pak Martoyo datang tanpa bicara sepatah kata. Dan tentunya tanpa membawa teko teh. Itu yang membuat dia sadar bahwa ada teko teh yang masih ada di pos jaga. Mungkin saat berkeliling kampung malam ini dia akan antarkan ke rumah Pak Martoyo. Mestinya masih ada orang melekan di rumah itu malam ini. Dia pun masuk ke pos jaga untuk menyiapkan teko. Dia nyaris melompat saat tangannya memegang mulut teko untuk menurunkannya dari atas lemari pos jaga. Teko itu panas dan terisi penuh.
image courtesy of Pixabay