Seperti apa malam hari di kota besar di Finlandia? (1)

Pada hari kedua kegiatan In2Food Closing Conference di Tampere, Finlandia, kami dibawa panitia untuk makan malam di restoran yang cukup populer di sana bernama Tampella. Sungai ini berada tepat di pinggir sungai Tammerkoski. Nah, yang akan diceritakan di sini adalah apa yang terjadi pada malam hari di kota terbesar ketiga di negara ini? Semencekam apa kota ini ketika jam 3 matahari sudah tenggelam dan suhu mencapai -9 derajat celsius?

Ketika meninggalkan restoran, ada dua pilihan yang bisa kita ambil: pesan taksi atau jalan kaki ke hotel? Sebagian besar peserta makan malam memilih memesan taksi warga lokal memesan taksi, dosen-dosen dari Jakarta memesan taksi (mereka kadung kenal sopir taksi yang nyetir Tesla dan siap dipesan kapan saja), dosen dari Belanda memesan taksi. Dosen dari Belgia memilih berjalan kaki karena katanya hotel tidak terlalu jauh dari sana, hanya sekitar 20 menit jalan. Bu Tarra dari Malang memilih jalan kaki. Saya dan pak Yufra, rektor saya di Universitas Ma Chung, memilih jalan kaki.

Setelah sedikit melihat Google Maps, saya kurang lebih tahu general direction menuju penginapan. Kira-kira menyusuri pinggiran kali Tammerkoski, belok kiri, belok kanan, dan terus sampai ketemu lokasinya. Saya berjalan dengan Pak Yufra, bu Tarra berjalan sendiri, dan dosen dari Belgia berjalan sendiri dengan cepat (kakinya panjang, sampainya lebih cepat).

Di jalan yang ada di pinggiran sungai, banyak sekali orang. Ada yang celananya terlihat santai, ada yang formal. Atasannya tentu jaket tebal semua: trenchcoat wool maupun puffer pendek. Rata-rata mereka berjalan cepat. Tampaknya biasa saja, mungkin karena sudah pakai kupluk, sarung tangan, dan taket tebal. There’s nothing you can do about the cold.

Jalanan tertutup salju semua. Tidak ada bedanya antara jalan dan taman. Orang-orang sepertinya sudah tahu jalan. Saya main terabas. Ketika sampai di jalan raya, terlihat beberapa orang masih bersepeda, terutama pengantar makanan (semacam delivery makanan ojek online tapi naik sepeda pancal). Di depan kawasan night life kota Tampere, tampak orang-orang di luar pintu, ngudud sambil menendang-nendang salju.

Para pekerja delivery makanan bersepeda sedang menggendong tempat makanan

Jalanan terang karena sedikit-sedikit ada lampu. Kawasan hiburan malam ini tidak tampak membahayakan sedikit pun. Kami terus berjalan dan berpapasan dengan orang-orang yang jalan kaki maupun bersepeda. Beberapa bagian terasa licin, tapi para pesepeda ini tetap saja menjalankan aktivitasnya. Ternyata di sini sepeda pancal juga memakai ban salju yang ada keling-keling besi di seluruh bagiannya.

Saya main potret sana sini seperti selebgram internasional sampai terdengar suara “srooot.” Seorang pesepeda mengerem mendadak karena saya menghalangi jalannya dan tidak minggir. Tapi … dia tidak mengumpat atau apa.

Selama berada di Finlandia, saya tidak sekali pun melihat orang mengumpat pada saat-saat di mana saya mengharapkan umpatan. Ketika ada orang menyeberang jalan dan dia harus menghentikan mobil pun, dia tidak tampak mengumpat. Sopir taksi ketemu sopir bus saling melambaikan tangan ketika terjadi salah paham di jalan. Jangankan mengumpat, tampak sebal saja tidak. Ketika kami menghalangi jalan seseorang yang perlu menggunakan pintu, orang tersebut diam menunggu sampai kami sadar dan minggir sambil minta maaf.

Memang orang-orangnya tidak suka tersenyum kepada orang asing, tapi mereka juga tidak tampak kesal ketika mestinya orang bisa kesal. Bisa saja saya baru melihat cuma sedikit. Tapi ya … who knows?

Sepertinya smapai di sini dulu cerita malam di kota Tampere. Kita akan lanjutkan bagian ini nanti kalau sudah ada kesempatan lagi.

More From Author

Teknologi Penerjemahan: Seri Tulisan

Kita sudah tahu Google Translate, CAT Tools, and ChatGPT yang bisa membantu penerjemahan. Itulah teknologi…

Kafe Pustaka Pamit dengan Bangga

Setelah 9 tahun, melewati badai event literasi, gelombang demi gelombang pandemi, dan pergeseran administrasi perguruan…

Masjid Makbadul Muttaqin, Terang tapi Menyejukkan

Masjid di Mojosari ini dari luar tampak megah dengan kubah lancipnya yang berwarna hijau. Siapa…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *