(Terjemahan Lagu) Waktu karya Pink Floyd

Setelah beberapa hari yang lalu kebosanan dan kemalasan akhirnya membawa saya untuk menerjemahkan lagu “Breathe” dari album Pink Floyd Dark Side of the Moon, hari ini saya dengan niat membara ingin memosting terjemahan lagu “Time” tetap dari album yang sama. Saya mulai terjemahan ini beberapa hari yang lalu, dan saya kembali entah untuk membacanya atau untuk membenahinya kalau ada waktu. Kali ini, tidak ada kebosanan. Saya benar-benar ingin mengurai misteri di balik lagu ini. Benar-benar terjemahan kali ini dilandasi oleh hasrat ingin memahami lagu yang suntuk ini. Ironis, kan, lagu tentang kesuntukan diterjemahkan dengan antusias?

Ada beberapa hal menarik dari lagu ini. Pertama tentu saja atmosfir suntuknya hidup seorang pemuda yang dia habiskan dengan bersantai-santai tanpa usaha mengejar mimpi. Di sini, pemuda tersebut digambarkan tetap tinggal di kampung halamannya, lontang-lantung tanpa usaha jelas. Dia hanya menunggu ada yang menunjukkan jalan, menunggu “tembakan start” yang mendorongnya untuk berlari. Tentu ini semua hanya perlambang saja. Tentu lagu ini tidak berlaku buat orang-orang yang tetap tinggal di kampung halamannya untuk menjaga orang tua yang semakin uzur atau sedang sakit atau hal-hal lain yang mulia. Di sini kampung halaman hanya perlambang saja tidak bergulirnya hidup di pemuda. Saya rasa, dengan kerangka seperti ini, bisa terbaca dengan cukup gamblang permasalahan yang diangkat Pink Floyd dalam lagu ini. Silakan dilanjut.

Hal menarik kedua adalah ketika bait keempat (irama refrain kedua) diakhiri dengan kalimat “Kini waktu pun habis, lagu selesai, aku pikir ada lagi yang yang bisa diucapkan.” Kalimat ini menurut saya agak dilematis. Sekilas seolah Pink Floyd bercerita tentang kisah si pemuda yang membuang masa produktifnya itu. Tapi, kalau kita percaya dengan kekuatan guyonan, dengan kekuatan piknik, bisa saja kita menafsirkan bagian ini sebagai celetukan Pink Floyd bahwa waktunya habis, lagunya selesai, dan tidak ada lagi cerita yang bisa disampaikan. Lihat saja, setelah baris ini, tidak ada lagi kisah tentang si pemuda yang sudah terlambat dalam mengejar mimpinya itu. Lagu pun–meskipun masih menggunaka progresi kord yang konsisten–beralih menjadi irama lagu “Breathe” dan kisahnya menjadi tentang kepulangan, saatnya bersantai, dan seperti tanpa masalah, berkata nikmatnya istirahat.

Cobalah nikmati musiknya sambil baca terjemahan ini, kalau Anda ada waktu. Tentu, semua ini hanya kalau ada waktu.

Waktu

Detik berganti menit menjadi hari membosankan
Kau biarkan waktu terbuang tanpa beban.
Menyepaki tanah kering di kampung halaman.
Kau tunggu petunjuk dari seseorang atau sesuatu.

Setelah lelah berjemur kau pun pulang untuk melihat hujan.
Masih muda, hidupmu panjang dan waktumu masih banyak hari ini.
Tiba-tiba kau sadar, sepuluh tahun telah terbuang.
Tanpa tahu kapan harus berlari, kau melewatkan tembakan start.

Kini kau berlari kencang mengejar matahari yang tenggelam
dan terus melaju kencang hingga terbit lagi di belakangmu.
Matahari dari dulu sama saja tapi kau lebih tua,
Nafasmu kian tersengal, dan maut mulai mengintip.

Tahun kian pendek, dan kesempatan tak jua datang.
Hanya ada rencana kandas atau baru setengah jadi.
Dan kau memendam keputusasaan seperti orang Inggris sejati
Kini waktu pun habis, lagu selesai, aku pikir ada lagi yang ingin kukatakan.

Pulang
Pulang lagi
Aku suka di sini
Kalau bisa

Saat pulang
Kedinginan dan kecapekan
Sungguh nyaman menghangatkan tulangku
Di dekat perapian.

[youtube https://www.youtube.com/watch?v=rL3AgkwbYgo]

P.S. Kalau Anda punya kritik dan saran (atau sekadar kesan) untuk terjemahan ini, silakan tinggalkan komentar di bawah. Saya jamin gratis, tanpa biaya sepeserpun. Kalau misalnya Anda punya saran lagu-lagu penting dan historis yang Anda ingin saya terjemahkan, silakan sebutkan. Kalau ada kesempatan dan waktu (dan tentu saja kemampuan) saya akan mencoba menyajikannya. Khusus untuk Anda. Ya, Anda yang sekarang membaca ini sambil kepikiran akan mengirim SMS ke orang tua Anda tapi belum-belum kesampaian juga. Ya, sebelum meninggalkan komentar, sempat dulu mengirim SMS ke orang tua Anda. Saya bisa menunggu.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

3 comments

Halo WEY. Asyik pemaknaannya. Untuk lagu ini, saya suka sekali di kontrasnya antara ‘penarasian’ yang seperti ‘orang males’ dan bagian instrumental yang ‘chaos’ (mirip-miri lagu ‘Money’ begitulah).

Oya, kebetulan album Dark Side ini saya ingin angkat untuk post berikut, tapi masih mempertimbangkan angle, jadi belum pasti juga. Salam Pink Floyd! 🙂

Terima kasih, kutukamus, sudah mampir dan berbagi kesenangan. 🙂

Kalau sudah jadi postingan tentang Dark Side of the Moon, kasih tahu ya?

Btw, apa kita saling kenal di luar web?

Kalau belum, salam kenal dulu sebelum salam Pink Floyd!

Walah, iseng random cari artikel Dark Side di Google, temangsang di sini lagi ternyata! Postingan Moon-nya sudah jadi (setelah tiga tahun lebih jebulnya Haha..) Monggo dicek kalau mau kasih masukan tentang album atau lagu (Great Gig in the Sky)-nya (yang luar biasa pelit lirik itu). 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *