Pakan Burung, Musim Dingin, dan Fotografi

Beberapa hari lagi musim dingin resmi dimulai, dan musim dingin adalah saat-saat yang berat bagi margasatwa, terutama burung. Pepohonan sudah pada meranggas dan biji-bijian di pohon sudah habis. Burung-burung yang makanannya cacing biasanya bermigrasi ke kawasan selatan. Saya tahu soal migrasi burung-burung pemakan cacing ini karena di teras depan dan balkon rumah saya setiap tahun ada sekeluarga burung “european starling” mulai awal musim semi hingga akhir musim gugur. Saya pernah beberapa kali memotret kepala keluarga burung itu sedang melongok keluar, dan bahkan pernah memvideokan ketika mereka lari ke lapangan belakang rumah dan mengambil cacing buat anak-anaknya (saya yakin dan memang memastikan bahwa itu burung yang tinggal di teras saya berkat kamera pinjaman dari kampus yang dilengkapi dengan 60x optical zoom :D). Tentu burung-burung ini harus bermigrasi ke tempat lain karena di musim dingin cacing masuk lebih jauh ke dalam tanah, dan burung-burung itu tidak bisa dengan mudah cari makanan. Akhirnya, mereka pun pergi ke Texas atau Mexico di musim dingin. Ini dia videonya:

[youtube https://www.youtube.com/watch?v=ZJlMgjtAUHQ]

Tapi, berbeda halnya dengan burung-burung yang makannya biji-bijian. Mereka masih nekad saja tinggal di sini, meskipun makanan dan minuman tidak mudah. Beberapa tahun lalu, istri saya mendengar dari seseorang (atau mungkin dari membaca di mana) bahwa ada baiknya kita menyediakan baskom di halaman belakang pada saat musim dingin. Itu akan membantu burun-burung ini mendapatkan air. Tentu saja bantuan seperti itu tidak akan banyak membantu. Burung-burung ini sudah hidup dan berhasil melewati musim dingin jutaan tahun sebelum manusia ada. Tapi, niat baik dan kebaikan manusia toh tidak pernah ada salahnya dan selalu ada harganya.

Mungkin inisiatif istri saya itu yang akhirnya membuat saya tergerak memasang pakan burung di balkon belakang sejak dua tiga tahun yang lalu. Saya tidak ingat pastinya. Mungkin juga karena saya melihat orang-orang mengunggah potret burung di halaman belakang mereka di situs-situs fotography. Saya tidak yakin. Mungkin juga karena saya tertarik melihat pakan burung dikunjungi burung-burung di rumah seorang kawan saya. Mungkin. Inilah masalahnya kalau kita tidak punya diari. Kita jadi lupa hal-hal kecil yang terjadi dalam hidup kita. Yang pasti, setelah memotret-motret burung di taman dan di kampus, tahu-tahu saya sudah mulai mengunggah potret burung-burung dari balkon belakang rumah saja. Mungkin saya memasang pakan burung karena alasan yang sangat pragmatis: ingin memotret burung dari dekat dan dengan mudah, di sela-sela mencuci piring. 🙂

Beberapa minggu yang lalu, saya main ke rumah seorang kawan yang punya halaman rumput cukup luas. Di halaman rumput itu dia punya banyak tempat pakan burung yang ketika itu tidak ada isinya. Saya tanya si suami, orang Amerika, dia bilang:

“T melarang aku kasih pakan lagi,” katanya tentang larangan dari T, istrinya, seorang perempuan Indonesia asal Solo. “Dia benci lihat kotoran burung di mana-mana. Hahaha.”

“Hmm,” respon saya. “Boleh nggak saya ambil satu wadah pakannya?” Begitu tanya saya, yang pada dasarnya sangat pragmatis ini. Lagipulua, ada lebih dari lima tempat pakan burung di halamannya.

“Boleh saja,” katanya. “Daripada tidak dipakai.”

Terus dia berteriak ke istrinya bahwa saya mau ambil salah satu wadah pakan burungnya. Dan istrinya dengan sukacita menyetujui. Bahkan, dia menawarkan memberi saya satu kantong pakan burung yang berisi biji-bijian–termasuk biji bunga matahari kegemaran Hamtaro. Dengan berat hati saya harus menolaknya, karena di rumah saya sendiri masih punya sekitar satu kulo biji-bijian pakan burung yang saya beli dua tahun yang lalu dan belum juga habis (karena hanya saya pakai pada musim semi dan awal musim panas).

Maka, inilah tempat pakan burung itu. Saya mulai memasangnya beberapa hari yang lalu. Kali ini saya pasang menggantung di luar balkon agar burungnya tidak sampai nelek, atau–maaf–buang hajat di balkon saya. 🙂 Sungguh, ada kebahagiaan luar biasa ketika burung-burung mulai mengenali bahwa barang yang menggantung di balkon itu adalah tempat pakan burung dan mulai mengunjunginya secara teratur. Sementara ini, saya sudah lihat kunjungan dari burung prenjak (bahasa lokalnya “house finch”) dan kardinal. Sayang kardinalnya menjauh saat saya mau memotret tadi sore.

Btw, kalau Anda suka burung dan ingin tahu burung-burung apa saja yang lazim ditemui di halaman belakang di Amerika Sebelah Sini, silakan unduh buku elektronik yang diterbitkan Dinas Pertanian Amerika Sebelah Sini ini.

OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Prenjak atau istilah Amriknya “house finch”
OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Kardinal jantan di semak-semak yang meranggas di belakang rumah. Dia tidak bisa sembunyi dari bidikan kamera.
OLYMPUS DIGITAL CAMERA
Kardinal betina, beberapa saat setelah si jantang beranjak pergi.
Kardinal jantan (mungkin burung yang sama dengan yang di atas) berlatar salju pada musim dingin yang lalu
Kardinal jantan (mungkin burung yang sama dengan yang di atas) berlatar salju pada musim dingin yang lalu

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *