(Terjemahan puisi) “Teman” karya Miller Williams

Teman-teman,

Kali ini, daripada terlalu lama absen, saya ingin berbagi satu puisi karya Miller Williams yang pernah dimuat di koran lokal Fayetteville, Arkansas sekitar dekade 1970-an. Sekadar mengingatkan kembali, Miller Williams adalah salah satu penyair besar Amerika Serikat yang kebetulan semasa hidupnya tinggal di Fayetteville, Arkansas, dan mengajar di program Menulis Kreatif jalur puisi di University of Arkansas, Fayetteville. Tapi sudah lama pensiun waktu saya tiba di University of Arkansas.

Seperti mungkin pernah saya tulis di sini atau di Facebook, Miller Williams mangkat pada tanggal 1 Januari 2015, setelah lama mengalami demensia. Pada musim panas tahun 2014, saya sempat ketemu seorang dosen Creative Writing jalur penerjemahan sastra, yang mengatakan kepada saya bahwa waktu itu Miller Williams sudah cukup parah demensia-nya. Dia sudah banyak lupa ini itu, teman ini dan teman itu.

Sejarah Amerika mengenal Miller Williams sebagai penyair yang membacakan puisi pada perhelatan pelantikan presiden Bill Clinton pada tahun 1992. Pada pelantikan keduanya Bill Clinton mengundang Maya Angelou untuk membacakan puisinya. Kedua penyair ini berasal dari Arkansas, negara bagian asal Bill Clinton (Maya Angelou sempat menghabiskan masa kecil di Arkansas sebelum akhirnya pindah ke negara bagian lain).

Kali ini saya menampilkan puisi Miller Williams yang berjudul “The Friend” yang aslinya saya ambil dari sini. Puisi ini terasa ringan, jenaka, tapi agak murung juga. Kalau dirasa-rasakan, puisi ini mengabadikan satu momen kecil pertemuan dengan seorang kawan yang jadi agak tidak wajar gara-gara baris terakhir (saya tidak mau merusak kejutannya! tagar spoiler alert tagar meniru star wars 7 tagar meniru aadc2).

Ada satu pertanggung jawaban saja dari saya sebagai penerjemah. Pada puisi asli, narator berseru “Jesus Christ” yang di sini sementara saya terjemahkan menjadi seruan “Ya ampun.” Di satu sisi saya ingin mengkonsultasikannya dengan kawan yang beragam Kristen atau Katolik untuk terjemahan ini, tapi di sisi lain saya merasa seolah menemukan jawabannya. “Jesus Christ” adalah seruan lazim dalam bahasa Inggris, kadang-kadang tak peduli apapun agama orangnya. Orang atheis atau Yahudi (yang tidak terlalu alim) bisa saja menyeru begini saat kaget. Saya malah pernah beberapa kali “menangkap tangan” teman Muslim Amerika yang menyeru begini (biasanya cuma “Jesus!”). Jadi, saya merasa “ya ampun” bisa mewakili seruan tersebut karena seruan “ya ampun” relatif terdengar netral dalam bahasa Indonesia, seperti halnya seruan “Jesus Christ” relatif terasa netral dalam bahasa Inggris, sebuah frase seruan yang sudah masuk ke dalam bahasa Inggris sehari-hari. Kalau saya memakai “Yesus Kristus” atau “Bapa di Surga,” kuatirnya terjemahan ini terkesan terlalu agamis, padahal aslinya tidak menunjukkan kesan begitu.

Bagaimana menurut Anda?

Oh ya, satu lagi, istilah “split-T” dan “double reverse” adalah istilah untuk formasi dan teknik dalam olahraga American futbol. Sepertinya terlalu berlebihan kalau saya sampai mencarikan terjemahannya. 🙂

Baiklah, tanpa berlama-lama, silakan menikmati:

Teman

Dua belas tahun kami tak bertemu.
Dia bisa memasang tangannya di antara dinding
dan lampu dan menirukan rollercoaster
mesin ginjal formasi split-T
aksi double-reverse.
Saat kudengar dia pulang kampung tentu aku undang dia.
Aku lepas foto agar ada ruang di dinding.
Orang-orang berkumpul setengah lingkaran.
Aku matikan semua lampu kecuali satu.
Ayo lakukan kataku.
Dia membuat anjing.
Lalu dia membuat kelinci. Kupingnya cuma satu.
Gajahnya tanpa belalai dan terlihat seperti sapi.
Ya ampun seruku Ada apa.
Dari sudut lain ruangan aku dengar seseorang
meracik minuman di kegelapan.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *