Tanyard Creek Trail: Mengintervensi Alam sambil Menyisakan (sedikit) Kekayaan Hayatinya

Saya tahu tempat ini dari postingan Facebook seorang dosen. Dia jalan-jalan ke sana bersama anak-anaknya. Yang menarik perhatian saya adalah air terjun berundak-undak, ular di atas batu di tengah sungai, dan alam yang asri. Namanya Tanyard Creek. Saya membayangkan itu sebagai tempat yang sangat alami dan karenanya menarik untuk dikunjungi. Tapi, seperti di clickbait-clickbait itu, yang saya temukan pada saat di sana membuat saya tercengang: bagaimana mungkin bisa ada tempat hiking sealami ini tapi sedekat ini dengan pemukiman?

Pertama kali saya mencoba ke sana, saya mengajak anak dan istri saya. Kami berangkat setelah mengecek lokasinya di Google Maps. Lokasinya di kota kecil bernama Bella Vista. Kota kecil ini berlokasi beberapa puluh mil di sebelah utara Fayetteville, dikenal sebagai kota pensiunan. Banyak orang yang telah pensiun setelah bekerja di berbagai tempat di segala penjuru Amerika pindah ke kota ini karena keasrian dan kedamaian yang ditawarkan. Lahannya berbukit-bukit dan selalu tertutup pepohonan hijau pada musim panas, berubah menjadi warna warni coklat oranye kuning di musim gugur, dan meranggas abu-abu di musim dingin. Rumah-rumah yang ada di tengah hutan itu hanya terlihat dari jalan pada musim dingin. Di jalan utama terdapat danau di sebelah timur dan padang golf di sebelah barat.

Setelah sekitar 45 menit berkendara, tibalah kami di kawasan Bella Vista. Saya tidak membawa GPS dan hanya mengira-ngira berdasarkan Google Maps yang saya lihat ketika masih di rumah. Setelah melewati beberapa belokan, ternyata saya sampai ke sebuah danau yang tertutup. Di situ tertulis hanya anggota Asosiasi Pemilik Properti saja yang boleh masuk dan menggunakan danau tersebut. Saya berputar dan mencari wilayah lain, dan ternyata lagi-lagi saya sampai di danau yang hanya boleh dikunjungi oleh pemilik properti. Setelah beberapa kali salah, akhirnya saya memutuskan pulang tanpa hiking.

Beberapa waktu kemudian, saya mengajak seorang kawan yang ingin memotret. Karena kali ini lebih siap, kami pun akhirnya tiba di Tanyard Creek. Uniknya, kami tiba di sana setelah sebelumnya memasuki kawasan perumahan yang cukup elit, melewati beberapa blok perumahan kecil, dan mendapati tempat hiking tersebut di ujung sebuah blok. Itulah yang membuat saya heran. Lokasi tempat hiking itu adalah antara jalan raya I49 yang membelah Arkansas Barat Laut dan satu wilayah perumahan. Dari jalan tidak tampak ada hutan yang cukup signifikan. Yang terlihat hanya gerumbuul yang cukup besar. Tapi, anehnya, dalam foto-foto yang saya lihat di postingan Facebook dosen saya itu, yang tampak adalah hutan yang lebat dengan air terjun dan faunanya yang berupa ular itu. Saya jadi tambah penasaran, apa yang saya lewatkan.

Sayangnya, waktu itu Tanyard Creek sedang dipugar. Tampak sebuah ekskavator di depan dan pita kuning dilarang masuk terpasang di gerbang tempat hiking. Beberapa orang berlalu lalang dengan helm kerja warna kuning dan ketika saya bertanya, ternyata memang sedang ada proyek perbaikan bagian-bagian tertentu kawasan Tanyard Creek itu. Akhirnya, mau tidak mau kami harus puas hanya bisa menemukan tempat hiking tersebut tanpa akhirnya bisa benar-benar hiking. Kami pun pulang tanpa bisa memotret apapun. Saya mengetahui dari salah seorang pegawai di sana bahwa kawasan itu sedang dipugar selama beberapa saat, dan satu dua bulan lagi saya sudah bisa ke sana untuk hiking.

Beberapa bulan kemudian, di akhir musim semi, ketika tanaman di hutan-hutan sudah mulai menghijau lebat, kami menyempatkan kembali datang ke sana. Kali ini saya bersama dengan istri, anak, dan seorang kawan perempuan. Tiba di sana, kami sudah disambut kawasan depan yang sudah rapi. Ada Gazebo dan juga papan pengumuman berisi informasi. Terlihat beberapa mobil lain sudah ada di sana. Saya ketika itu masih heran bagaimana mungkin saya akan menemukan tempat yang alami tepat di tepi perumahan yang tidak tampak seperti hutan ini.

Gazebo

Begitu memasuki trail, kami melewati jalan tanah yang cukup mulus dengan bagian tepi dibatasi balok kayu yang menahan agar tanah yang menjadi jalan untuk hiking itu tidak meleler ke tepi. Tampak jelas bahwa jalan tanah yang padat itu bisa dilewati kursi roda. Tidak berapa lama kami berjalan, kami bisa meninggalkan jalan jalan setapak utama itu dan turun ke tepi kali Tanyard. Di sebelah kanan ada sungai dangkal yang airnya bening, dan di sebelah kiri ada formasi bebatuan yang di banyak bagiannya ditumbuhi lumut. Di bawah formasi tebing batu berlumut itu, saya langsung menyadari betapa ada tempat yang masih sealami ini hanya beberapa menit dari perumahan. Di beberapa bagian, tampak peringatan untuk tidak berjalan atau menuju tempat-tempat tertentu karena kawan tersebut sedang dibiarkan untuk tumbuh kembali dan tidak rusak.

Selanjutnya, kami mengikuti kali kecil itu ke kawasan yang lebih besar lagi. Di kawasan yang airnya cukup dalam (tapi tetap bening), ada tulisan yang mengatakan bahwa kawasan tersebut adalah habitat ular Cottonmouth. Kami dianjurkan untuk berhati-hati bila ke sana dan menghindari kawasan-kawasan perairan tertentu karena memang di situ tempat ular hidup dan bermain-main. Kalau sudah ada peringatan begini, tidak akan ada yang bertanggung jawab kalau misalnya kami digigit (atau dijilat) ular. Kami sudah harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada diri kami sendiri.

Saya bersama anak dan istri menyusuri tepi sungai. Sedikit naik, kami mendapati air terjun berundak alami. Di situ, dasar sungai seperti lembaran-lembara batu yang semakin ke atas semakin banyak lapisannya. Dengan itu, air yang jatuh jadi tampak seperti air yang melompat-lompat menuruni undak-undak tangga. Maka lebih tepat kalau saya menyebutkan air lompat, bukan air terjun. Kami terus menyusuri bagian tersebut hingga akhirnya kami mencapai apa yang benar-benar tampak seperti air terjun.

Pangkal air terjun itu berupa bebatuan utuh yang seperti telah terpahat hingga bentuknya seperti berlekuk-lekuk. Batu berwarna kuning dengan lapisan lumut di beberapa bagian ini tampak tidak seindah batuan di bawahnya yang cenderung hitam. Batuan ini jadi tampak kusam. Belum lagi air yang jatuh ke bawah langsung berbusa. Ada kesan kurang indah di sana. Tapi, kawan, ini kan alam? Selama ini bukan beracun, mestinya kita hanya bisa menikmatinya apa ada kan?

Setelah menikmati waktu beberapa saat di air terjun, saya melihat ada jalur naik yang tidak banyak dilewati orang. Tampak tanahnya sudah tertutup rumput, berbeda dengan jalur yang kami lewati hingga ke air terjun barusan. Saya ajak anak dan istri saya untuk naik. Di sana, kami mendapati sesuatu yang menarik, ternyata air yang turun hingga menjadi air terjun tadi berasal dari satu dam di atas. Saya bertanya-tanya seperti apa kiranya sungai tersebut di atas sana.

Ketika sampai di puncak bukit, saya baru menyadari bahwa di atas sana terdapat bendungan. Danau bendungan ini adalah tempat yang beberapa waktu sebelumnya sempat kami kunjungan ketika pertama kalinya kami mencoba mencari Tanyard Creek. Danau ini tertutup dan hanya boleh dikunjungi oleh para penduduk Bella Vista yang berkepentingan. Ada peringatan dilarang masuk atau parkir di sana, kecuali kami ingin berolahraga air di sana. Di tengah danau, terlihat sebuah speedboat menarik pelampung berpenumpang dua orang.

Nikmatnya rekreasi

Di situlah kami sadar bahwa Tanyard Creek Trail adalah sebuah hutan dan sungai kecil yang dipertahankan ketika Danau Windsor ini dibuat. Setelah dibendung, debit air yang mengalir keluar volumenya dipertahankan untuk mempertahankan kali Tanyard yang punya dua air terjun unik itu, air terjun batu kuning dan batu berundak-undak yang sudah saya kunjungi tadi. Sekarang, saat memikirkan lagi Tanyard Creek itu, saya jadi terpikir betapa pentingnya memperhitungan intervensi yang kita lakukan terhadap alam sehingga tidak benar-benar menghabiskan potensi kekayaan yang dimilikinya. Pada kasus Tanyard Creek ini, formasi bebatuan, air terjun, dan habitat ular Cottonmouth tidak benar-benar dibabat habis.

Written By

More From Author

(Terjemahan Cerpen) Mereka Terbuat dari Daging karya Terry Bisson

“Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Daging. Mereka terbuat dari daging.” “Daging?” “Tak diragukan lagi. Kami…

Thank You, Dua Satu! Let’s Go Loro Loro!

Beberapa menit lagi 2021 sudah usai dan saya perlu menuliskan satu catatan kecil biar seperti…

(Resensi) Puser Bumi oleh Mas Gampang Prawoto

Berikut resensi terakhir dalam seri tujuh hari resensi. Kali ini kita ngobrol soal buku puisi…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *