Sejak pertama kali berniat serius belajar menulis, saya suka sekali menulis resensi. Sampai sekarang, saya tetap suka menulis resensi. Bagi saya, resensi (atau sekarang kita bisa sebut review saja) seperti sudah menjadi bagian dari cara saya menikmati berbagai hal dalam hidup. Hingga akhirnya sore ini tadi seorang kawan bertanya “Pernah ngajar cara membuat review nggak?” Wah, ya itu seperti memberi tembakan start buat pelari yang sudah ancang-ancang.

Maka, saya akan sempatkan di sini menulis singkat tentang teknik membuat resensi atau review yang praktis diaplikasikan untuk berbagai kesempatan. Maksud saya, teknik ini bisa diterapkan dalam membuat resensi atas berbagai karya atau produk (buku, film, gadget, kendaraan dll.) dalam format apa saja (blog, kolom resensi, podcast, maupun video YouTube, etc.). Perkenankan saya agak sok tahu mengajari cara membuat resensi dalam postingan ini nanti.

Tapi, sebelum terlalu jauh, perkenankan saya cerita beberapa kalimat tentang tumbuhnya minat dan kebiasaan meresensi pada diri saya. Pada pertengahan dekade 2000-an, saya suka membaca resensi-resensi orang-orang yang saya kenal dan kemudian mereka-reka gaya mereka dalam meresensi. Beberapa yang bisa saya sebut di sini adalah Anwar Holid aka Wartax dan Hernadi Tanzil. Dari Anwar Holid, saya kemudian kenal dengan tokoh yang bernama Martin Amis, novelis Inggris yang suka menulis resensi buku (terutama sastra). Sejak masa itu, saya jadi gemar meresensi semuanya. Seringkali saya tuliskan, seringkali hanya saya pendam sendiri dan ceritakan secara lisan kepada kawan saat ngobrol

Oke, daripada berpanjang-panjang, mari kita mulai sesi belajarnya.

Cara menulis resensi atau review

Poin pertama:

Perlu disadari bahwa resensi berbeda dengan kritik. Resensi lebih menekankan kepada pengalaman menikmati. Sedangkan kritik merupakan telaah atas aspek tertentu sebuah karya atau produk dengan kriteria penilaian tertentu.

Elemen-elemen review:

Ada minimal empat elemen penting dalam membuat review:

  1. Rangkuman singkat atas produk/karya
  2. Keunggulan-keunggulan (atau kelemahan-kelemahan) yang dirasakan ketika menikmati karya tersebut.
  3. Bandingan antara karya yang kita resensi dengan karya lain (karya lain dari penulis/produsen yang sama, karya lain dari penulis/produsen lain yang memiliki kemiripan, atau karya dalam bentuk lain, misalnya versi filmnya).
  4. Rekomendasi tentang untuk siapa karya ini paling cocok.

Khusus untuk buku:

Ada satu teknik tertentu yang bisa dilakukan: jangan memberikan spoiler. Di antara 5 elemen narasi (tokoh, obsesi tokoh, konflik yang menghalangi obsesi, cara menghadapi konflik, dan resolusi), pilih tiga elemen pertama untuk dijadikan rangkuman/sinopsi, yaitu:

  1. tokoh (siapa karakter ini)
  2. obsesi/tujuan tokoh (apa yang dia inginkan, perlukan, lakukan, dll)
  3. konflik yang menghalangi obsesi (apa yang membuat si tokoh tak dapat mencapai obsesinya.

Biar lebih mantap, perkenankan saya berbagi video untuk ini:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *