Untuk menambahkan lagi potret-potret binatang yang pernah saya ambil sejauh ini, perkenankanlah saya sampaikan kepada Anda sekalian anjing keluarga teman saya yang tinggal di sebuah kota kecil (atau bisa disebut desa, mungkin) di negara bagian Arkansas.
Anjing pertama, yang potretnya ada di atas, bernama lucu: Comet. Anjingnya nggak kenal takut. Usianya baru enam bulan, tapi tubuhnya bongsor, sehingga ukurannya sudah lebih dari selutut orang dewasa. Dia sangat suka bermain-main dengan siapa saja. Kalau bermain dengan kita, dia suka mengendus-endus (dan agak-agak penjilat!) jempol kaki. Kalau bermain dengan anjing lain (teman saya punya anjing lain dari trah Anjing Ternak Ekor Buntung atau stumpy tail cattle dog) dia sampai gigit-gigitan.
Begitulah kerjaan si Comet. Dia tak kenal lelah bermain. Tampangnya kadang-kadang tampak tak berdosa, tapi kalau sudah ketemu temannya, BJ, seekor anjing ternak ekor buntung, Comet langsung penuh aksi melombat-lombat dan mengejar-ngejar.
BJ, tipe anjing pekerja keras dan setia yang sudah lama mengabdi di peternakan keluarga teman saya, adalah anjing yang cukup dewasa. Dia ini benar-benar profil seorang–maksud saya seekor–“kakak asu” yang baik, yang pandai mengasuh adiknya yang masih balita. Sepagi apapun si Comet mengajak bermain, BJ selalu siap melayani. Tapi, sesekali terlihat juga BJ tampak kesal dengan tingkat laku si Comet.
“Met, Comet, kapaaan kamu ini jadi dewasa?” kira-kira begitu saya bayangkan keluh BJ sesekali.
Hanya sesekali saja Comet tampak diam. Momen-momen seperti itu terbilang sangat jarang. Saya cukup beruntung berhasil memberinya pengertian untuk diam sesaat ketika saya potret. Di kesempatan lain, saya pernah melihat dia tertegun sendiri di bawah beranda depan rumah teman saya yang terbuat dari kayu. Oh ya, di situlah dia tidur, di bawah beranda. Comet dan BJ ini adalah anjing-anjing peternakan, jadi mereka tidur di luar rumah. Sekadar informasi, menurut buku Encyclopedia of Dog Breed, “great Pyrenees” atau Pirenis Agung adalah salah satu jenis anjing gembala tertua di Amerika. Dan teman saya memang mengadopsi si Comet ini dengan tujuan untuk dijadikan penggembala di peternakannya. Semacam dijadikan tandem–atau mungkin penerus–BJ yang bisa dibilang sudah separuh baya untuk ukuran anjing.
Saya ingat, dua tahun yang lalu, keluarga teman saya ini punya anjing Pirenis yang usianya sudah mencapai satu tahun dan badannya sudah sangat besar dan bulunya gondrong. Tapi sayang, suatu hari, anjing besar yang diberi nama Happy itu pergi bermain dan tidak kembali. Entah apa yang terjadi dengan dia.
“Apa saja bisa terjadi kepada anjing di daerah sini,” begitu kata teman saya. “Mungkin saja dia masuk ke pekarangan orang dan orang itu tidak terima dan akhirnya dia tembak.”
Sungguh sayang. Happy adalah anjing yang sangat kalem. Seperti halnya manusia yang sifatnya berbeda-beda meskipun rasnya sama, Comet dan Happy yang rasnya sama itu pun sifatnya berbeda. Happy adalah anjing yang sangat pemalu dan penuh kasih sayang. Anak saya dan anak-anak teman saya yang lain yang waktu itu juga ikut ke peternakan sangat suka mengelus-elus mereka. Bahkan istri saya yang waktu itu baru beberapa bulan tinggal di Aa’ Syam dan belum banyak kenal anjing pun merasa nyaman dekat-dekat Happy.
“Tapi Happy itu terlalu penakut,” kata teman saya. “Pernah suatu kali dia takut saat ketemu kucing.” Ah, Happy, Happy… Kalau kamu memang telah berpulang, semoga engkau sekarang tenang di sisi-Nya. Kamu anjing baik, Happy.
Kembali lagi ke Comet dan BJ. Mari bersama-sama kita doakan agar mereka menjadi dynamic duo yang tangguh dalam mengabdi dan mengurusi peternakan teman saya yang kini sangat padat penduduk itu. Ada belasan ekor sapi, beberapa belas kambing dan sekian lusin ayam. Semoga Comet segera bisa meringankan beban kerja BJ.
Waktu saya di rumah teman saya itu, saya lihat beberapa kali Comet menghalau ayam yang bermain-main terlalu jauh dari kawasan mereka. Mungkin ini pertanda Comet akan menjadi pegawai peternakan yang baik. Semoga.
